Analisis dan
Evaluasi Paket C di SKB Kab. Bogor
Strategi Pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor Dalam
Mengembangkan Minat Wirausaha Warga Belajar
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis dan Evaluasi Program PLS
Dosen
Ibu Dr. Sri Nurlaily

Disusun Oleh:
Kelompok 8
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
IBN KHALDUN BOGOR
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
besar Muhhamad SAW beserta para sahabat dan keluarganya, karena berkat rahmat
dan inayahnya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan yang berjudul “Strategi Pembelajaran Paket C di SKB
Kab. Bogor Dalam Mengembangkan Minat Wirausaha Warga Belajar” ini di buat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis dan Evaluasi Program PLS Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Ibn Khaldun Bogor Semester 7.
Dalam menyelesaikan laporan ini, kami telah banyak
mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
moril maupun materil dan juga memberikan motivasi sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Kami laporan ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna memperbaiki kesalahan di masa mendatang.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Desember
2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ............................................................................................. 1
B.
Identifikasi
Masalah ..................................................................................... 3
C.
Pembatasan
dan Perumusan Masalah........................................................ 4
D.
Tujuan dan
Manfaat Penelitian .................................................................. 4
E.
Definisi
Operasional ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Strategi
Pembelajaran ............................................................................. 7
B. Model Pembelajaran Life Skill .................................................................... 22
C. Strategi
Pembelajaran Life Skill ................................................................. 24
D. Pengertian Minat 30
E. Pengertian
Wirausaha .................................................................................. 31
BAB
III METODE dan PROSEDUR PENELITIAN
A. Obyek Penelitian ........................................................................................... 32
B. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 32
BAB IV PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ............................................................................................. 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan ....................................................................................................... 40
B.
Saran ............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 41
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Kunci pembangunan masa mendatang
bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Sebab dengan pendidikan
diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi
dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era globalisasi
ini, terutama di bidang teknologi dan
ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus-menerus
dikembangkan seirama dengan zaman. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
sejak proklamasi untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan
peningkatan mutu pendidikan. Dengan meningkatkan mutu pendidikan diharapkan
dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Namun sangat disayangkan, ternyata
harapan para pendahulu kita belum dapat terealisasi sampai hari ini. Setelah
lebih setengah abad Indonesia merdeka dibanding dengan warga dunia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memberi mandat kepada
pemerintah, pengelola, tenaga kependidikan, dalam mencerdaskan bangsa (Pembukaan UUD
1945) dan memberikan
hak memperoleh pengajaran kepada seluruh rakyat ( Pasal 31 UUD 1945). Beragam
persoalan selalu mengikuti proses penyempurnaan pembangunan di bidang
pendidikan Indonesia. Baik di bidang pendidikan formal, non formal maupun
informal. Semua bidang memiliki kendala sendiri-sendiri. Pada jalur non formal
(program pendidikan kesetaraan khususnya kejar paket C, misalnya, hingga kini
masih banyak hambatan sosial masyarakat). Untuk itu, pemerintah membentuk
suatu kegiatan belajar di masyarakat yaitu dengan adanya pelaksanaan Sanggar
Kegiatan Belajar di berbagai daerah. Melalui kegiatan belajar ini dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan sehingga masyarakat memiliki berbagai
potensi.
Di Indonesia juga sangat sulit mndapatkan untuk mendapatkan pekerjaan .
Hal ini memperparah keadaan ekonomi bangsa dengan timbulnya pengangguran yang
ada. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan di Bidang Pendidikan Non-Formal dan
Informal dalam melaksanakan tugasnya mengacu kepada kebijakan pembangunan
pendidikan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan,
bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional maupun
global, sehingga mampu membangun insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. SKB ini membantu masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan walaupun bukan berasal dari kesadaran masyarakat itu
sendiri melainkan dengan dilakukannya berbagai pendekatan oleh pelaksana SKB
ini. Salah satu program kesetaraan di SKB Kab. Bogor salah satunya Paket C
dimana dalam mendapatkan masyarakat yang ingin belajar, menggunakan pendekatan
mendorong kepada warga belajar sehingga mereka mau belajar dan mau berwirausaha.
Menurut Lambing dan Kuehl (2007), hasil penelitian terbaru
menunjukkan ada empat hal yang memengaruhi keputusan berwirausaha, yaitu diri
pribadi, lingkungan budaya, kondisi sosial, dan kombinasi dari ketiganya. Minat
berwirausaha juga dipengaruhi oleh adanya soft skills yang tinggi, karena untuk
menjadi seorang wirausahawan dibutuhkan berbagai keterampilan dan karakter
pribadi yang kuat.
Berdasarkan data
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, minat lulusan lembaga
pendidikan untuk berwirausaha sangat rendah, yaitu bagi lulusan SLTA (22,63
persen) dan perguruan tinggi (6,14 persen).
Sedangkan
mereka yang berpendidikan SD dan SMP justru memiliki kemandirian untuk berusaha
sendiri (32,46 persen). Terdapat kecenderungan para pemuda berpendidikan SLTA
(61,87 8 persen) dan sarjana (83,20 persen) memilih menjadi pekerja atau
karyawan dibanding menjadi wirausaha. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan motivasi untuk menjadi
wirausaha.
Dalam penelitian ini
kelompok kami meneliti di SKB Kabupaten Bogor tentang STRATEGI PEMBELAJARAN
PAKET C DI SKB KABUPATEN BOGOR DALAM MENGEMBANGKAN MINAT WIRAUSAHA WARGA
BELAJAR. Dimana kelompok kami lebih
memfokuskan pada jalur pendidikan nonformal pada program paket C sebagai objek
penelitian.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam kajian ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah strategi pembelajaran berpengaruh kepada minat
wirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor?
2. Bagaimana upaya tutor dalam mengembangkan minat
wirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor?
3. Apakah strategi pembelajaran yang digunakan tutor
dalam mengembangkan minat wirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor?
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
I.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah yang diperoleh oleh peneliti maka adapun batasan dalam penelitian ini lebih
menitikberatkan pada strategi
pembelajaran dalam mengembangkan minat kewirausahaan Paket C di SKB Kab. Bogor.
Peneliti lebih membahas mengenai
strategi pembelajaran meliputi:
a. Bagaimana
peran strategi pembelajaran terhadap peningkatan minat wirausaha warga belajar
paket C di SKB Kab. Bogor.
b. Bagaimana pegaruh lingkungan terhadap minat
wirausaha warga belajar paket C di SKB Kab. Bogor.
II.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas peneliti
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Bagaimana strategi pembelajaran Paket C di SKB Kab.
Bogor dalam mengembangkan minat wirausaha warga belajar?
D. Tujuan
dan Manfaat
Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian
ini yaitu:
a. Untuk
memperoleh data dan informasi tentang strategi pembelajaran paket C di SKB Kab
Bogor.
b. Untuk
memperoleh data dan informasi tentang minat wiausaha warga belajar paket C di
SKB Kab Bogor.
c. Untuk
memperoleh hubungan dan informasi strategi pembelajaraan dan minat wirausaha paket C.
2.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
1). Hasil Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan luar sekolah, khususnya
tentang minat wirausaha
paket C.
2). Sebagai bahan acuan dan
referensi pada penelitian sejenis yang dilakukan dimasa yang akan datang.
b. Secara Praktis
1).
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
sebagai referensi bagi para akademisi dan praktisi pendidikan.
2). Untuk para peneliti berikutnya
dan,
3). Untuk penulis sendiri.
E.
Definisi Operasional
1.
Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu Kozma (Sanjaya, 2007).
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien
Kemp (1995).
II.
Mnat Wirausaha
Minat berwirausaha seseorang dapat dilihat dari dua indikator
utama yaitu: (1) seberapa kuat upaya seseorang untuk berani mencoba melakukan
aktivitas kewirausahaan; (2) seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang
untuk melakukan aktivitas kewirausahaan (seperti aktivitas dalam mengelola
waktu dan keuangan untuk tujuan berwirausaha).
Minat berwirausaha tidak dibawa sejak lahir tapi tumbuh dan
berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
memengaruhi tumbuhnya keputusan untuk berwirausaha merupakan hasil interaksi
dari beberapa faktor yaitu karakter kepribadian seseorang dan lingkungannya
(Bygrave, 2003).
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Strategi
Pembelajaran
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut
Gerlach dan Ely (1990). “Strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi
pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik”.
Menurut Hamzah B. Uno (2008:45) “Strategi pembelajaran merupakan hal
yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran”.
Berdasarkan
uraian dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang meliputi sifat, lingkup,
dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik.
1. Jenis-jenis
Strategi Pembelajaran
a.
Model pembelajaran
konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu
perkembangan model pembelajaran mutakhir yang mengedepankan aktivitas peserta
didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan
menemukan pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme menganggap bahwa semua
peserta didik memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan
peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya, meskipun gagasan atau
pengetahuan ini seringkali naif atau juga miskonsepsi (Khairudin, 2007:
197).
Diantara ciri yang dapat ditemukan dalam model
pembelajaran konstruktivisme ini adalah peserta didik tidak diindoktrinasi
dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan mereka menemukan dan
mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan
pelajari sendiri. Selain ciri tersebut dalam perspekif konstruktivisme,
proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas harus menekankan 4 komponen
kunci yaitu:
1)
Peserta didik membangun pemahamannya sendiri
dari hasil belajarnya bukan karena
disampaikan (diajarkan).
2)
Pelajaran baru sangat tergantung pada
pelajarannya sebelumnya.
3)
Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi
sosial.
4)
Penugasan-penugasan dalam belajar dapat
meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran.
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model konstruktivisme ini, guru tidak dapat mengindoktrinasi
gagasan ilmiah supaya peserta didik mau mengganti dan memodifikasi gagasannya
yang non ilmiah menjadi gagasan ilmiah. Beberapa bentuk belajar yang
sesuai dengan filosofis konstruktivisme antara lain diskusi (yang menyediakan
kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan), pengujian hasil
penelitian sederhana, demonstrasi, peragaan prosedur ilmiah dan kegiatan
praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya
(Shaleh, 2004: 219-220).
b.
Model Contextual
Teaching and Learning (CTL)
CTL adalah merupakan model pembelajaran yang
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang
berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan
sehari-hari mereka. Pembelajaran kontekstual ini menekankan pada daya
pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis
data, memecahkan problema-problema tertentu baik secara individu maupun
kelompok. Pembelajaran dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang
tenang dan menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan
kemudian peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung beberapa materi yang
telah dipelajarinya.
Pembelajaran CTL mendorong peserta didik memahami hakekat, makna
dan manfaat belajar sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada
mereka untuk rajin dan senantiasa belajar. Dengan penerapan CTL hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Oleh karenanya proses
pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta
didik bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk transfer pengetahuan dari guru
kepada peserta didik. Strategi dan penggunaan metode dalam pembelajaran menjadi
lebih penting dibandingkan dengan hasil pembelajaran. Dengan menerapkan CTL ini
guru tidak hanya menyampaikan materi belaka yang berupa hafalan tetapi juga
bagaimana mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif
sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Antara lain :
1)
Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge), artinya pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik adalah
pegetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2)
Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar
dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran
dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan
detailnya.
3)
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),
artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami
dan diyakini.
4)
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik, sehingga
tampak perubahan peserta didik.
5)
Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses
perbaikan dan penyempurnaan strategi.
c.
Model Pembelajaran
Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada
peserta didik (Shaleh, 2005: 12). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek
pembelajaran. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman
belajar peserta didik, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan
dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi peserta didik. Dalam menanamkan
konsep atau pengetahuan dan keterampilan, peserta didik tidak harus diberi
latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia belajar melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Pembelajaran
tematik ini dikenal juga dengan pembelajaran terpadu, yang pembelajarannya
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejiwaan peserta didik.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran
berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan
proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi peserta
didik. Penerapan model pembelajaran ini memiliki nilai positif dan
kekuatan antara lain :
1)
Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
2)
Menyenangkan karena bertolak dari minat dan
kebutuhan peserta didik.
3)
Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena
lebih berkesan dan bermakna.
4)
Mengembangkan keterampilan berpikir peserta
didik sesuai dengan problem yang dihadapi.
5)
Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja
sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Beberapa sisi positif yang berkaitan dengan
materi pelajaran dari penggunaan pendekatan pembelajaran tematik ini adalah :
pertama, materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak
dengan mudah memahami dan melakukannya. Kedua, peserta didik juga dengan mudah
dapat mengaitkan hubungan antara materi pelajaran yang satu dengan materi
pelajaran yang lain. Ketiga, dengan bekerja kelompok peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Keempat, pembelajaran tematik dapat mengakomodir jenis
kecerdasan peserta didik. Kelima, guru dapat dengan mudah melaksanakan belajar
peserta didik aktif sebagai metode pembelajaran.
d.
Model Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
Model PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif, maksudnya
pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari
informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri.
Inovatif, dimaksudkan dalam pembelajaran diharapkan peserta didik dapat
memunculkan ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang dapat mendukung
pemahaman peserta didik terhadap suatu pelajaran tertentu. Kreatif, memiliki
makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas
peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa
ingin tahu yang tidak pernah berhenti. Sedangkan istilah menyenangkan
dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan dan mengesankan.
Secara umum, tujuan penerapan model PAIKEM ini adalah agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktivitas dan
kreativitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan
menyenangkan. Model pembelajaran ini merupakan salah satu alternatif solusi
untuk menciptakan lulusan (outcome) yang berkualitas, kompetitif dan
unggul.
1)
Pembelajaran Aktif
(Active Learning)
Pembelajaran aktif
merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam
mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam
proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman
yang dapat meningkatkan kompetensinya. Model pembelajaran aktif ini,
meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di kelas. Guru lebih memposisikan
dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya
proses pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi
yang akan dicapai dalam suatu proses pembelajaran.
2)
Pembelajaran Kreatif
(Creative Learning)
Pembelajaran kreatif
merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan
memunculkan kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja
kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya. Pembelajaran kreatif ini
diharapkan peserta didik mampu memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks
kreatif berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam
berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Terdapat empat
tahap dalam peningkatan kebiasaan berpikir kreatif, yakni:
a)
Persiapan, yakni proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji.
b)
Inkubasi, yakni suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa
hipotesis tersebut rasional.
c)
Iluminasi, yakni kondisi menemukan keyakinan
bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d)
Verifikasi, yakni pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi (Rosyada, 2003:
107)
Sedangkan kreatif dalam melakukan sesuatu adalah kemampuan peserta
didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas baru yang diperoleh
dari hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya
yang baru.
3)
Pembelajaran yang
efektif (Effective Learning)
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika peserta didik mengalami
berbagai pengalaman baru (new experiences) dan perilakunya menjadi berubah
menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai jika
guru melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan proses pembelajaran. Beberapa
prosedur yang dapat dilakukan dalam melakukan proses pembelajaran efektif, yakni
:
a)
Melakukan Apersepsi (Pemanasan)
Apersepsi ini dilakukan
untuk menjajagi pengetahuan dan memotivasi peserta didik dengan menyajikan
materi yang menarik dan mendorongnya untuk mengetahui hal-hal yang baru.
b)
Eksplorasi
Eksplorasi merupakan
kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik.
c)
Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan
kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi, dengan
mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik.
d)
Penilaian
Penilaian dimaksudkan
sebagai kegiatan menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar peserta didik yang
dapat dipercaya untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.
Dengan demikian, dalam pembelajaran efektif,
peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari
kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Selain itu, untuk menciptakan
proses pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal yang
mendasar antara lain adalah pengelolaan tempat belajar, pengelolaan peserta
didik, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan isi / materi pelajaran
dan pengelolaan sumber belajar.
4)
Pembelajaran yang
Menyenangkan (Joyful Learning)
Pembelajaran yang
menyenangkan (joyful learning) merupakan sebuah pembelajaran yang di dalamnya
terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dengan tanpa ada
perasaan tertekan. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik
di kelas, sehingga tidak ada beban bagi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini,
guru dituntut untuk mandesain materi pembelajaran dengan baik serta
mengkombinasikannya dengan strategi pembelajaran yang mengedepankan
keterlibatan aktif peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz,
role playing dan sebagainya. Munculnya berbagai strategi tersebut
sebenarnya secara substansial memiliki kesamaan tujuan dan bersifat saling
melengkapi antara satu strategi dengan lainnya. Meskipun dalam istilah menjelma
dengan nama yang berbeda. Tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi
memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Guru dapat memilih strategi yang dianggap
cocok dengan keadaan.
2.
Konsep Dasar Strategi
Pembelajaran
a.
Menetapkan spesifikasi
dan kulifikasi perubahan tingkah laku.
Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang
diinginkan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa
yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan pembelajaran. Sasaran yang
dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus
jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
b.
Memilih sistem
pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
Memilih cara pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat
dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan
suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua
orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan
sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin
bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin
ilmu.
3.
Strategi
Pembelajaran
Strategi
pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para
pendidik maupun calon pendidi. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat
menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena
proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan
materi kepada siswa sesuai tujuan, efisien dan efektif.
1.
Strategi
Pembelajaran Life skill
Mengenai pengertian pendidikan life skills atau pendidikan
kecakapan hidup terdapat perbedaan pendapat, namun esensinya tetap sama.
Berikut ini pengertian pendidikan life skill menurut para ahli:
a.
Menurut Brolin,
life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum pengetahuan dan
kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam
kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa life skill merupakan kecakapan yang
harus dimiliki oleh seseorang agar dapat bahagia dalam kehidupan.
b.
Malik fajar
mengatakan bahwa life skills adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja
selain kecakapan dalam bidang akademik.
c.
Slamet PH
mendefinisikan life skills adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang
diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan
bahagia.[2]
Kecakapan tersebut mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal
untuk menjalankan kehidupannya.
Adapun
pengertian life skills menurut kelompok kami adalah pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan untuk
bekerja, berusaha dan hidup mandiri. Adapun orientasi life skills yakni
membangun sikap kemandirian untuk mendapatkan ketrampilan sebagai bekal untuk
bekerja dan mengembangkan diri (skilled orientation).
Pada
dasarnya pendidikan life skills adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar
dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang
nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan
peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skills harus dapat merefleksikan
kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan
hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah
masyarakat.
2.
Tujuan Life Skills
Secara
umum pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan memfungsikan
pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi
peserta didik untuk menghadapi perannya di masa yang akan datang.Adapun tujuan pendidikan life skill adalah
sebagai berikut:
a.
Mengaktualisasikan
potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapi.
b.
Mengembangkan
potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.
c.
Membekali
peserta didik dengan kecakapan hidup sebagai pribadi yang mandiri.
3. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Life Skills
Prinsip
umum pendidikan life skills[4],
khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia:
a. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku.
b. Tidak harus dengan
mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan
adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan kepada
pengembangan kecakapan hidup.
c. Etika-sosio-religius harus dibiasakan dalam proses pendidikan.
d. Pembelajaran
menggunakan prinsip learning to know, learning to
be dan learning to live together.
e. Penyelenggaraan
pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik menuju hidup yang sehat
dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas serta memiliki
akses untuk mampu memenuhi hidupnya secara layak.
B.
Model
Pembelajaran Life Skills
Adapun
untuk mengetahui model pembelajaran life skills dapat dilihat melaluicara
pembelajaran untuk mengembangkan kecakapan hidup antara lain:
1.
Memberikan
pertanyaan/tugas yang mendorong siswa untuk berbuat/berpikir. Jenis pertanyaan yang diajukan atau
tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan
keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas tersebut bukan hanya untuk
memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar
siswa. Pertanyaan atau tugas yang memicu siswa untuk berpikir analitis,
evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis
dan kreatif.
2.
Memberikan
pertanyaan/tugas yang mengandung soal pemecahan masalah.Pertanyaan/tugas
tingkat tinggi dapat digunakan sebagai awalan untuk berlatih memecahkan
masalah. Pertanyaan/tugas tingkat tinggi yang memenuhi kriteria sebagai masalah
dijadikan titik tolak untuk mengikuti langkah-langkah pemecahan
masalah.Pemecahan masalah merupakan salah satu kecakapan akademik yang perlu
dikembangkan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan siswa. Pemecahan
masalah ini sangat penting untuk membantu siswa memperoleh kecakapan analitis,
sintesis, ilmiah, dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan
dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja.
3.
Menerapkan
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran kooperatif memberikan
kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan
pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses
belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih
maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.Pembelajaran
kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa
kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berkomunikasi dan kecakapan
bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan
nyata.Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif
kalau memperhatikan dua prinsip inti berikut:
a.
Adanya saling
ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung
kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan
tugas dari guru.
b.
Adanya adanya
tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota
kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Karena itu penting
bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan penerapan
yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam
pembelajaran dapat dihindari.
C.
Strategi
Pembelajaran Life Skills
1. Proses Pembelajaran dan Pelaksanaan Pendidikan yang
Berorientasi pada Life Skills
"Life Skills Education" diberikan secara
tematis mengenai masalah-masalah kehidupan nyata sehari-hari. Tema-tema yang
ditetapkan harus betul-betul bermakna bagi siswa, baik untuk saat ini maupun
untuk kehidupan di kelak kemudian hari. Pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah secara kasus yang dapat dikaitkan dengan beberapa mata
pelajaran lain untuk memperkuat penguasaan life
skills tertentu. Dengan
pendekatan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari para siswa menjadi semakin
terlatih untuk menghadapi kehidupan yang nyata.[7] Tema yang disajikan dapat berupa bahan
diskusi untuk masing-masing kelas, untuk tingkat kelas yang sama dan untuk
seluruh siswa. Cakupan untuk setiap mata pelajaran juga perlu ditata-ulang dan
diatur kembali alokasi waktu dan jamnya dalam setiap minggu. Di dalam alokasi
jam pelajaran yang sudah diajarkan selama ini, untuk jam-jam pelajaran tertentu
perlu disepakati pengurangannya untuk direalokasikan sebagai kontribusi kepada
kegiatan life skills education menjadi kumpulan jam pelajaran
untuk membahas tema tertentu bersama-sama dengan semua mata pelajaran terkait.Metodologi
pembelajaran dapat dirancang dalam bentuk kegiatan yang memadukan proses belajar di kelas dan
praktek di lapangan dan dilakukan
secara partisipatif dengan
metode-metode ceramah (30 %)
sisanya adalah simulasi, praktek,
diskusi kelompok dan game.
2. Landasan Pelaksanaan Pengembangan Life Skills
Adapun landasan yang menjadi pijakan dalam
pelaksanaan pengembangan life skills, antara lain:
a. Landasan yuridis secara universal
Yang dapat dijadikan acuan pada landasan ini adalah
rekomendasi dari UNESCO tentang “empat pilar pembelajaran” yang isinya adalah:
1) Learning know or learning to learn
Maksudnya adalah program pembelajaran yang diberikan
hendaknya mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga mau dan mampu
belajar.Learning to Know
merupakan kemampuan kognitif yang meliputi:
a) Kemampuan
membuat keputusan dan memecahkan masalah.
b) Kemampuan
berpikir kritis dan rasional.
Dengan kecakapan berpikir rasional ini (thinking skill), diharapkan seseorang
tidak akan gamang menghadapi kehidupan, sehingga dia dapat menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan.
2) Learning to do
Maksudnya adalah bahan belajar yang dipilih
hendaknya mampu memberikan suatu pekerjaan alternatif kepada peserta didik.
3) Learning to be
Maksudnya adalah mampu memberi motivasi untuk hidup
di era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan. Learning to be merupakan kecakapan personal (personal skill)
yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki kesadaran atas eksistensi
dirinya dan kesadaran akan potensi dirinya[11].
Kesadaran akan eksistensi diri merupakan kesadaran atas keberadaan diri.
Kesadaran atas keberadaan diri dapat dilihat dari beberapa sisi. Misalnya
kesadaran diri sebagai makhluk Allah, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk
hidup, dan sebagainya. Kesadaran akan potensi diri adalah kesadaran
yang dimiliki seseorang atas kemampuan dirinya. Dengan kesadaran atas kemampuan
diri itu seseorang akan tahu kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan
kelamahannya. Dengan kesadaran eksistensi diri dan potensi diri, seseorang akan
dapat menempuh kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan dan mampu
memecahkan masalah hidup dan kehidupannya.
4) Learning to live together
Maksudnya adalah pembelajaran tidak hanya cukup
diberikan dalam bentuk ketrampilan untuk diri sendiri, tetapi ketrampilan untuk
hidup bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Landasan yuridis secara nasional
Yang dijadikan
acuan pada landasan ini adalah UUD pasal 31 tentang pendidikan, kemudian UU
No.2 tahun 1989 dan UU No.23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
seperti pada pasal 4 ayat 4 yang
berbunyi: “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Landasan humanisme-teosentrisnya
Yang dijadikan
acuan pada landasan ini adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis yakni prinsip-prinsip
ajaran Islam yang bersifat universal, yang implementasi ajaran ini dapat
fleksibel, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.Landasan pelaksanaan
pengembangan life skills dalam pendidikan agama Islam menurut al-Qur’an,
seperti pada surat al-Baqarah: 30, an-Naml: 62, Shad: 26 dan Yunus: 14 tentang
tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang tentu membutuhkan pendidikan
kecakapan hidup.Adapun menurut al-Hadis yakni HR. Bukhari-Muslim tentang lima
hal yang perlu dipertimbangkan dalam berumah tangga. Hadis tersebut yang
dijadikan landasan pelaksanaan pengembangan life skills.
3. Pola Pelaksanaan Pembelajaran Life Skills
Adapun pola
pelaksanaannya dapat dilakukan melalui :
a. Pengembangan
Budaya Sekolah
Pendidikan
berlangsung bukan hanya di dalam kelas. Pendidikan juga terjadi di luar kelas,
di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, dan di
lingkungan-lingkungan lain pendidikan juga dapat berlangsung. Terkait dengan
PBKH tidak dapat dibebankan kepada guru semata, tetapi ditunjang oleh
lingkungan yang kondusif. Lingkungan itu di antaranya ialah lingkungan sekolah.Budaya
sekolah berpengaruh sangat besar terhadap proses pendidikan di sekolah, bahkan
beberapa ahli menyebutkan budaya sekolah itulah yang membentuk hasil
pendidikan. Oleh karena itu budaya sekolah perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan
pendidikan kecakapan hidup. Ada tiga aspek pendidikan yang dapat dikembangkan
melalui budaya sekolah yang kondusif. Ketiga aspek itu adalah pengembangan
disiplin diri dan rasa tanggung jawab, pengembangan motivasi belajar, dan
pengembangan rasa kebersamaan. Oleh karena itu, ketiga aspek itu hendaknya
menjadi budaya warga sekolah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Manajemen
Pendidikan
Departemen
Pendidikan Nasional telah meluncurkan rintisan manajemen berbasis
sekolah. Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah salah satu model
manajemen yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengurus dirinya
dalam rangka peningkatan mutu.Ada lima prinsip dasar manajemen berbasis sekolah
antara lain:kemandirian, transparansi, kerja sama, akuntabilitas, dan
sustainbilitas. Kelima prinsip dasar itu sangat terkait dengan prinsip-prinisp
kecakapan hidup yang akan dikembangkan di dalam pendidikan berorientasi
kecakapan hidup. Oleh karena itu jika lima prinsip tersebut dapat dikembangkan
menjadi budaya kerja sekolah, maka akan menompang tumbuhnya kecakapan hidup
para siswa.Mengingat pendidikan kecakapan hidup merupakan reorientasi
pendidikan yang bersifat mendasar, maka pada aspek manajemen sekolah juga perlu
diperhatikan penyamaan pemahaman antar seluruh warga sekolah, sehingga
perwujudan pendidikan kecakapan hidup menjadi salah satu bagian visi sekolah.
Diperlukan juga upaya peningkatan kemampuan guru atau lainnya agar mampu
mewujudkan pendidikan kecakapan hidup dalam kehidupan keseharian sekolah.
c. Hubungan
Sinergis dengan Masyarakat
Penanggung
jawab pertama terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Sekolah hanya membantu
orang tua dalam pelaksanaan pendidikan. Anak-anak, ternyata jauh lebih
berhadapan dengan orang tua dan mayarakat dalam kesehariannya dibandingkan
dengan sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan PBKH keterlibatan orang tua
dan masyarakat tidak dapat dihindari.Hubungan sinergis artinya saling
bekerjasama dan saling mendukung. Orang tua atau masyarakat dan sekolah perlu
bersama-sama menentukan arah pendidikan bagi anak-anak. Kemudian memikirkan
usaha-usaha untuk mencapai arah tersebut.Keterlibatan orang tua dalam manajemen
berbasis sekolah adalah sebagai orang yang berkepentingan memiliki kesempatan
ikut menentukan kebijakan pendidikan di sekolah. Misalnya, orang tua ikut
menentukan rencana pengembangan sekolah, aplikasi kurikulum, pembiayaan dan
sebagainya.
D.
Pengertian
Minat
Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan menyukai
beberapa hal atau kegiatan, khususnya terhadap hal tertentu. Kegiatan yang
diminati seseorang harus diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang, sehingga diperoleh kepuasan.
Pengertian
Minatmenurut Tidjan (1976
:71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap
suatu obyek sebab ada perasaan senang.
Dari pengertian
tersebut jelaslah bahwa minat
itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek
seperti benda tertentu atau situasi
tertentu yang didahului oleh perasaan senang
terhadap obyek tersebut.
E.
Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri
dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
Beberapa
pengertian wirausaha adalah sebagai berikut:
√.
Menurut Richard Cantillon (1755), entrepreneurial is an innovator and
individual developing something unique and new (wirausaha adalah seorang
penemu dan individu yang membangun sesuatu yang unik dan baru).
√.
Menurut J.B Say (1803), wirausaha adalah pengusaha yang mampu mengelola
sumber-sumber daya yang dimiliki secara ekonomis (efektif dan efisien) dan
tingkat produktivitas yang rendah menjadi tinggi.
√.
Menurut Dan Stein dan Jhon F.Burgess (1993), wirausaha adalah orang yang mengelola,
mengorganisasikan, dan berani menanggung segala resiko untuk menciptakan
peluang usaha dan usaha baru.
BAB
III
METODE
dan PROSEDUR PENELITAN
A. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada peserta
didik kelompok belajar Paket C di SKB Kabupaten Bogor dengan sampel sebanyak 3 orang.
Adapun waktu pelaksanaannya sesuai
dengan ijin yang diberikan oleh pengelola SKB Kabupaten Bogor yang terletak di Jl.
SKB No. 1 Kel. Karadenan Kec. Cibinong
Kab. Bogor, dengan teknik pengambilan data yang utama dalam bentuk wawancara
dan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 02 November 2015.
Populasi adalah seluruh subjek penelitian. Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah beberapa siswa Paket C di SKB Kab. Bogor. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari kelas XII yang berjumlah 3 orang
sebagai objek penelitian.
B. Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Metode
Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara
yang ditempuh peneliti dalam medukung tercapainya tujuan penelitian dengan
mempertimbangkan kondisi aktual objek penelitian. Menurut Surahkmad menjelaskan
bahwa :
“metode merupakan cara utama yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian
hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini
dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya di tijau dari
tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.”
Penelitian ini bermaksud untuk
mengungkapkan data dan informasi dengan mempelajari, mengamati, mencermati
tentang strategi pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor dalam mengembangkan
minat wirausaha warga belajar. Dengan melihat fakta-fakta yang nampak saja atau
faktor-faktor yang aktual dalam situasi yang sedang diselidiki. Oleh karena itu
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hal ini dikemukan oleh Moh. Nazir
(2011:54) bahwa;
“Metode
diskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan actual mengenai fakta-fakta. Sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.”
Penelitian
deskriptif dilakukan untuk memperoleh data dan fakta yang bertujuan
menggambarkan baik keadaan diri sendiri, lembaga maupun masyarakat pada saat
sekarang. Berdasarkan penjelasan dan pemaparan tersebut diatas, maka penggunaan
metode deskriptif dalam penelitian ini dipandang tepat atau sesuai, karena
permasalahannya sedang terjadi pada saat ini (aktual).
2.
Teknik
pengumpulan data
Selain menentukan metode, dalam
penelitian diperlukan tehnik tertentu yang digunakan untuk memperoleh data
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tehnik yang digunakan
dalam pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:
a.
Observasi
Observasi adalah merupakan teknik
mendapatkan data atau informasi melalui kegiatan pengamatan dan pencatatan
terhadap suatu obyek yang ingin diketahui. Hal ini dikemukakan oleh Juliansyah
Noor (2011:140) “observasi adalah adanya pengamatan dari penelitian baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian”. Teknik observasi ini
digunakan untuk mengamati secara langsung tentang “Strategi Pembelajaran Paket
C di SKB Kabupten Bogor Dalam Mengembangkan Minat Wirausaha Warga Belajar”.
b.
Wawancara
Wawancara merupakan percakapan
antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
3.
Populasi dan
Sampel
a.
Populasi
Penelitian
Penentuan populasi bagi seorang peneliti
memegang peranan yang penting, karena populasi merupakan objek yang dijadikan
sumber data. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudjana (2002:246) yang menyatakan
bahwa:
“Populasi
adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung, mengukur, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai
sejumlah objek yang lengkap dan jelas”. Pendapat lain dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (2010:108) bahwa:
“Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitia. Apabila seseorang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi”.
Pernyataan tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah sejumlah subjek yang dapat dijadikan sasaran
penelitian pada suatu daerah tertentu. Dalam penelitian yang dijadikan populasi
yang peserta didik kelompok belajar paket C di SKB Kab. Bogor yang berjumlah 3
orang yang sekaligus dijadikan sampel (sampel total).
b.
Sampel
Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari
populasi yang dijadikan objek penelitian, yaitu sebagian kecil dari jumlah
populasi yang dianggap dapat mewakili keadaan sesungguhnya dari populasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Astia Dendi (2007 : 74) yang menyatakan bahwa
“sampel penelitian adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi”.
Berdasarkan
penjelasan tersebut diatas dan mengingat jumlah populasi yang tidak banyak
(kurang dari 150 satuan), maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
4.
Prosedur
analisis data
5.
Tahap
pelaksanaan strategi dan pengembangan minat pembelajaran
6.
Teknik strategi dan pengembangan minat
pembelajaran
KESIMPULAN
7.
Studi Kasus
BAB
IV
PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
1.
Strategi
Pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor
SKB Kabupaten Bogor diketuai Ibu Endah
Surtini, SH. MM. SKB Kab. Bogor mengacu kepada
kebijakan pembangunan pendidikan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan
pendidikan berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik
lokal, nasional maupun global, sehingga mampu membangun insan Indonesia yang
cerdas dan kompetitif.
Adapun
visi, misi, dan tujuan SKB Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut:
Visi
Meningkatkan kualitas layanan dan kualitas penyelenggaraan
Program Pendidikan Non-formal dan In-formal untuk mewujudkan
pendidikan yang berkeadilan, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Misi
a.
Menjadikan UPT SKB sebagai pusat data Pendidikan
Non-formal dan In-formal;
b.
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan hasil
program pendidikan non-formal dan in-formal;
c.
Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan di bidang pendidikan non-formal dan in-formal;
d.
Meningkatkan kualitas dan jejaring kemitraan
dalam penyelenggaraan program pendidikan non-formal dan in-formal;
e.
Meningkatkan minat peran serta masyarakat dan
kemitraan dalam kegiatan pendidikan non-formal dan in-formal.
Tujuan
SKB Kab. Bogor
Meningkatkan
kualitas layanan dan kualitas penyelenggaraan Program Pendidikan Non-formal dan
In-formal untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, berkualitas, dan
relavan dengan kebutuhan masyarakat
2.
Minat
Wirausaha Warga
Belajar
Minat berwirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor umumnya ada
beberapa warga belajar yang terlihat mempunyai jiwa kewirausahaan dilihat dari
kegiatan sehari-hari, ada yang berjualan di kelas. Sedangkan beberapa warga
belajar lain belum terlihat jiwa kewirausahaannya. Minat berwirausaha juga dipengaruhi oleh adanya soft skills yang tinggi, karena
untuk menjadi seorang wirausahawan dibutuhkan berbagai keterampilan dan
karakter pribadi yang kuat.
3.
Strategi
Pembelajaran Life Skill
Strategi
pembelajaran life skill yang digunakan di paket C SKB Kab. Bogor yaitu dengan metode
pelatihan kewirausahaan yang dilakukan setiap akhir semester dan memberikan
mata pelajaran kewirausahaan demi untuk meningkatkan kemampuan kognitif warga
belajar mengenai kewirausaan.
4.
Faktor
Pendukung dan Penghambat
Adapun Faktor Pendukung yaitu:
a.
Warga belajar antusias terhadap pelatihan
kewirausahaan
b.
Banyaknya keterampilan tutor untuk melatih
kewirausahaan
c.
Warga belajar memiiki semangat wirausaha
Adapun Faktor Penghambat yaitu :
a.
Kurang tersedianya bahan-bahan untuk pelatihan kewirausaan
b.
Kurang tersedianya modal
c.
Kurangnya tutor pelatih dalam pelatihan kewirausahaan
BAB
V
SIMPULAN
dan SARAN
A.
Simpulan
Menurut Gerlach dan Ely (1990). “Strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi
pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik”.
Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan menyukai
beberapa hal atau kegiatan, khususnya terhadap hal tertentu. Menurut Dan Stein dan Jhon F.Burgess (1993), wirausaha
adalah orang yang mengelola, mengorganisasikan, dan berani menanggung segala
resiko untuk menciptakan peluang usaha dan usaha baru.
B.
Saran
Sebaiknya SKB Kab. Bogor memiliki tutor khusus dalam pembelajaran
life skill dan pelatihan kewirausahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana. 2010. Stategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production
http://izza-allyve.blogspot.co.id/2013/03/model-dan-strategi-pembelajaran-life.html
http://skb-kabbogor.blogspot.co.id/
http://ekaelprida.blogspot.co.id/p/blog-page_4778.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar