Senin, 08 Agustus 2016



Analisis dan Evaluasi Paket C di SKB Kab. Bogor
Strategi Pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor Dalam Mengembangkan Minat Wirausaha Warga Belajar
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis dan Evaluasi Program PLS
Dosen Ibu Dr. Sri Nurlaily

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7RMOquu95qqA-EcM-mgk3jXRCRWqDiPNpjfEy1KON4NT_hgCQy3P2R8fJdNBWS1fB4l4po2fuXW4ZYSzR1hxhVxAZL-33gL-AbqEaObp1okDyiOk0n2CZKzW5G-3pK99D4CDl589JuXw/s1600/LOGO+UIKA+Terbaru2.png

Disusun Oleh:
Kelompok 8


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada  Nabi besar Muhhamad SAW beserta para sahabat dan keluarganya, karena berkat rahmat dan inayahnya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan yang berjudul “Strategi Pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor Dalam Mengembangkan Minat Wirausaha Warga Belajar ini di buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis dan Evaluasi Program PLS Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Ibn Khaldun Bogor Semester 7.
Dalam menyelesaikan laporan ini, kami telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dan juga memberikan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Kami laporan ini masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna memperbaiki kesalahan di masa mendatang.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.


Bogor, Desember 2015


              Penyusun


DAFTAR ISI


                                                                                                                                            Hal
KATA PENGANTAR................................................................................................      i
DAFTAR ISI................................................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .............................................................................................      1
B.     Identifikasi Masalah .....................................................................................      3
C.    Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................      4
D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................      4
E.     Definisi Operasional .....................................................................................      5

BAB II TINJAUAN TEORI
A.  Strategi Pembelajaran      .............................................................................      7
B.  Model Pembelajaran Life Skill ....................................................................      22
C.  Strategi Pembelajaran Life Skill .................................................................      24
D. Pengertian Minat                                                                                                         30
E.  Pengertian Wirausaha ..................................................................................      31

BAB III  METODE dan PROSEDUR PENELITIAN
A.  Obyek Penelitian ...........................................................................................       32
B.  Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................       32

BAB IV PEMBAHASAN
Hasil Penelitian .............................................................................................       37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan  .......................................................................................................      40
B.     Saran .............................................................................................................      40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................      41
    

                   

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era globalisasi ini, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah sejak proklamasi untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan peningkatan mutu pendidikan. Dengan meningkatkan mutu pendidikan diharapkan dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun sangat disayangkan, ternyata harapan para pendahulu kita belum dapat terealisasi sampai hari ini. Setelah lebih setengah abad Indonesia merdeka dibanding dengan warga dunia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memberi mandat kepada pemerintah, pengelola, tenaga kependidikan, dalam mencerdaskan bangsa (Pembukaan UUD 1945) dan memberikan hak memperoleh pengajaran kepada seluruh rakyat ( Pasal 31 UUD 1945). Beragam persoalan selalu mengikuti proses penyempurnaan pembangunan di bidang pendidikan Indonesia. Baik di bidang pendidikan formal, non formal maupun informal. Semua bidang memiliki kendala sendiri-sendiri. Pada jalur non formal (program pendidikan kesetaraan khususnya kejar paket C, misalnya, hingga kini masih banyak hambatan sosial masyarakat). Untuk itu, pemerintah membentuk suatu kegiatan belajar di masyarakat yaitu dengan adanya pelaksanaan Sanggar Kegiatan Belajar di berbagai daerah. Melalui kegiatan belajar ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan cara memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan sehingga masyarakat memiliki berbagai potensi.
Di Indonesia juga sangat sulit mndapatkan untuk mendapatkan pekerjaan . Hal ini memperparah keadaan ekonomi bangsa dengan timbulnya pengangguran yang ada. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan di Bidang Pendidikan Non-Formal dan Informal dalam melaksanakan tugasnya mengacu kepada kebijakan pembangunan pendidikan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional maupun global, sehingga mampu membangun insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. SKB ini membantu masyarakat untuk mendapatkan pendidikan walaupun bukan berasal dari kesadaran masyarakat itu sendiri melainkan dengan dilakukannya berbagai pendekatan oleh pelaksana SKB ini. Salah satu program kesetaraan di SKB Kab. Bogor salah satunya Paket C dimana dalam mendapatkan masyarakat yang ingin belajar, menggunakan pendekatan mendorong kepada warga belajar sehingga mereka mau belajar dan mau berwirausaha.
Menurut Lambing dan Kuehl (2007), hasil penelitian terbaru menunjukkan ada empat hal yang memengaruhi keputusan berwirausaha, yaitu diri pribadi, lingkungan budaya, kondisi sosial, dan kombinasi dari ketiganya. Minat berwirausaha juga dipengaruhi oleh adanya soft skills yang tinggi, karena untuk menjadi seorang wirausahawan dibutuhkan berbagai keterampilan dan karakter pribadi yang kuat.
            Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, minat lulusan lembaga pendidikan untuk berwirausaha sangat rendah, yaitu bagi lulusan SLTA (22,63 persen) dan perguruan tinggi (6,14 persen). Sedangkan mereka yang berpendidikan SD dan SMP justru memiliki kemandirian untuk berusaha sendiri (32,46 persen). Terdapat kecenderungan para pemuda berpendidikan SLTA (61,87 8 persen) dan sarjana (83,20 persen) memilih menjadi pekerja atau karyawan dibanding menjadi wirausaha. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan motivasi untuk menjadi wirausaha.
            Dalam penelitian ini kelompok kami meneliti di SKB Kabupaten Bogor tentang STRATEGI PEMBELAJARAN PAKET C DI SKB KABUPATEN BOGOR DALAM MENGEMBANGKAN MINAT WIRAUSAHA WARGA BELAJAR. Dimana kelompok kami lebih memfokuskan pada jalur pendidikan nonformal pada program paket C sebagai objek penelitian.

B.       Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam kajian ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah strategi pembelajaran berpengaruh kepada minat wirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor?
2.      Bagaimana upaya tutor dalam mengembangkan minat wirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor?
3.      Apakah strategi pembelajaran yang digunakan tutor dalam mengembangkan minat wirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor?

C.      Pembatasan dan Perumusan Masalah
I.          Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh oleh peneliti maka adapun batasan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada strategi pembelajaran dalam mengembangkan minat kewirausahaan Paket C di SKB Kab. Bogor. Peneliti lebih membahas mengenai strategi pembelajaran meliputi:
a.     Bagaimana peran strategi pembelajaran terhadap peningkatan minat wirausaha warga belajar paket C di SKB Kab. Bogor.
b.       Bagaimana pegaruh lingkungan terhadap minat wirausaha warga belajar paket C di SKB Kab. Bogor.
II.          Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 
Bagaimana strategi pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor dalam mengembangkan minat wirausaha warga belajar?

D.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.   Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
a.       Untuk memperoleh data dan informasi tentang strategi pembelajaran paket C di SKB Kab Bogor.
b.      Untuk memperoleh data dan informasi tentang minat wiausaha warga belajar paket C di SKB Kab Bogor.
c.       Untuk memperoleh hubungan dan informasi strategi pembelajaraan dan minat wirausaha paket C.
2.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
a.    Secara Teoritis
1).      Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan luar sekolah, khususnya tentang minat wirausaha paket C.
2).      Sebagai bahan acuan dan referensi pada penelitian sejenis yang dilakukan dimasa yang akan datang.
b.   Secara Praktis
1). Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau  sebagai referensi bagi para akademisi dan praktisi pendidikan.
2). Untuk para peneliti berikutnya dan,
3). Untuk penulis sendiri.

E.     Definisi Operasional
1.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu Kozma (Sanjaya, 2007).
 Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Kemp (1995).
II.    Mnat Wirausaha
Minat berwirausaha seseorang dapat dilihat dari dua indikator utama yaitu: (1) seberapa kuat upaya seseorang untuk berani mencoba melakukan aktivitas kewirausahaan; (2) seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan aktivitas kewirausahaan (seperti aktivitas dalam mengelola waktu dan keuangan untuk tujuan berwirausaha).
Minat berwirausaha tidak dibawa sejak lahir tapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang memengaruhi tumbuhnya keputusan untuk berwirausaha merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu karakter kepribadian seseorang dan lingkungannya (Bygrave, 2003).









BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Strategi Pembelajaran
      Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Gerlach dan Ely (1990). “Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan urutan  kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik”.
Menurut Hamzah B. Uno (2008:45) “Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran”.
Berdasarkan uraian dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan  kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

1.    Jenis-jenis Strategi Pembelajaran 
a.         Model pembelajaran konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu perkembangan model pembelajaran mutakhir yang mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Konstruktivisme menganggap bahwa semua peserta didik memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi di lingkungan sekitarnya, meskipun gagasan atau pengetahuan ini seringkali naif atau juga miskonsepsi (Khairudin, 2007: 197). 
Diantara ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran konstruktivisme ini adalah peserta didik tidak diindoktrinasi dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri. Selain ciri tersebut dalam perspekif konstruktivisme, proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas harus menekankan 4 komponen kunci yaitu: 
1)         Peserta didik membangun pemahamannya sendiri dari hasil belajarnya bukan   karena disampaikan (diajarkan).
2)         Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajarannya sebelumnya.
3)         Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.
4)         Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran.
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model konstruktivisme ini, guru tidak dapat mengindoktrinasi gagasan ilmiah supaya peserta didik mau mengganti dan memodifikasi gagasannya yang non ilmiah menjadi gagasan ilmiah. Beberapa bentuk belajar yang sesuai dengan filosofis konstruktivisme antara lain diskusi (yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan), pengujian hasil penelitian sederhana, demonstrasi, peragaan prosedur ilmiah dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya (Shaleh, 2004: 219-220).
b.         Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL adalah merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik sehingga dia mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka.  Pembelajaran kontekstual ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan problema-problema tertentu baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan kemudian peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung beberapa materi yang telah dipelajarinya. 
Pembelajaran CTL mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga akan memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa belajar. Dengan penerapan CTL hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Oleh karenanya proses pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan dalam bentuk transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Strategi dan penggunaan metode dalam pembelajaran menjadi lebih penting dibandingkan dengan hasil pembelajaran. Dengan menerapkan CTL ini guru tidak hanya menyampaikan materi belaka yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. 
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Antara lain : 
1)              Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah  ada (activating knowledge), artinya pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik adalah pegetahuan utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2)              Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
3)              Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4)              Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik, sehingga tampak perubahan peserta didik.
5)              Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan  pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
c.       Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik (Shaleh, 2005: 12). Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek pembelajaran. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar peserta didik, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi peserta didik. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, peserta didik tidak harus diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Pembelajaran tematik ini dikenal juga dengan pembelajaran terpadu, yang pembelajarannya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejiwaan peserta didik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi peserta didik. Penerapan model pembelajaran ini memiliki nilai positif dan kekuatan antara lain : 
1)            Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 
2)            Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik. 
3)            Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna. 
4)            Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan problem yang dihadapi. 
5)            Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 
Beberapa sisi positif yang berkaitan dengan materi pelajaran dari penggunaan pendekatan pembelajaran tematik ini adalah : pertama, materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami dan melakukannya. Kedua, peserta didik juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan antara materi pelajaran yang satu dengan materi pelajaran yang lain. Ketiga, dengan bekerja kelompok peserta didik dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.  Keempat, pembelajaran tematik dapat mengakomodir jenis kecerdasan peserta didik. Kelima, guru dapat dengan mudah melaksanakan belajar peserta didik aktif sebagai metode pembelajaran. 
d.      Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) 
Model PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif, maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Inovatif, dimaksudkan dalam pembelajaran diharapkan peserta didik dapat memunculkan ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang dapat mendukung pemahaman peserta didik terhadap suatu pelajaran tertentu. Kreatif, memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti. Sedangkan istilah menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. 
Secara umum, tujuan penerapan model PAIKEM ini adalah agar proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran ini merupakan salah satu alternatif solusi untuk menciptakan lulusan (outcome) yang berkualitas, kompetitif dan unggul. 
1)         Pembelajaran Aktif (Active Learning) 
Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Model pembelajaran aktif ini, meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di kelas. Guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu proses pembelajaran. 
2)         Pembelajaran Kreatif (Creative Learning) 
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya. Pembelajaran kreatif ini diharapkan peserta didik mampu memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Terdapat empat tahap dalam peningkatan kebiasaan berpikir kreatif, yakni: 
a)         Persiapan, yakni proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji. 
b)         Inkubasi, yakni suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. 
c)         Iluminasi, yakni kondisi menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional. 
d)        Verifikasi, yakni pengujian kembali hasil hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi (Rosyada, 2003: 107) 
Sedangkan kreatif dalam melakukan sesuatu adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru. 
3)         Pembelajaran yang efektif (Effective Learning) 
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru (new experiences) dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai jika guru melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan proses pembelajaran. Beberapa prosedur yang dapat dilakukan dalam melakukan proses pembelajaran efektif, yakni : 
a)         Melakukan Apersepsi (Pemanasan) 
Apersepsi ini dilakukan untuk menjajagi pengetahuan dan memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorongnya untuk mengetahui hal-hal yang baru. 
b)         Eksplorasi 
Eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. 
c)         Konsolidasi Pembelajaran 
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. 
d)        Penilaian 
Penilaian dimaksudkan sebagai kegiatan menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar peserta didik yang dapat dipercaya untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. 
Dengan demikian, dalam pembelajaran efektif, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Selain itu, untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal yang mendasar antara lain adalah pengelolaan tempat belajar, pengelolaan peserta didik, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan isi / materi pelajaran dan pengelolaan sumber belajar. 
4)         Pembelajaran yang Menyenangkan (Joyful Learning) 
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning) merupakan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dengan tanpa ada perasaan tertekan. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik di kelas, sehingga tidak ada beban bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, guru dituntut untuk mandesain materi pembelajaran dengan baik serta mengkombinasikannya dengan strategi pembelajaran yang mengedepankan keterlibatan aktif peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz, role playing dan sebagainya. Munculnya berbagai strategi tersebut sebenarnya secara substansial memiliki kesamaan tujuan dan bersifat saling melengkapi antara satu strategi dengan lainnya. Meskipun dalam istilah menjelma dengan nama yang berbeda. Tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Guru dapat memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. 
2.      Konsep Dasar Strategi Pembelajaran 
a.       Menetapkan spesifikasi dan kulifikasi perubahan tingkah laku. 
Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang diinginkan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan itu. Di sini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan pembelajaran. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. 
b.      Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 
Memilih cara pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. 
3.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidi. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan materi kepada siswa sesuai tujuan, efisien dan efektif.
1.         Strategi Pembelajaran Life skill
Mengenai pengertian pendidikan life skills atau pendidikan kecakapan hidup terdapat perbedaan pendapat, namun esensinya tetap sama. Berikut ini pengertian pendidikan life skill menurut para ahli:
a.       Menurut Brolin, life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat bahagia dalam kehidupan.
b.      Malik fajar mengatakan bahwa life skills adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik.
c.       Slamet PH mendefinisikan life skills adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia.[2]  Kecakapan tersebut mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya.
Adapun pengertian life skills menurut kelompok kami adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan untuk bekerja, berusaha dan hidup mandiri. Adapun orientasi life skills yakni membangun sikap kemandirian untuk mendapatkan ketrampilan sebagai bekal untuk bekerja dan mengembangkan diri (skilled orientation).
Pada dasarnya pendidikan life skills adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skills harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.
2.      Tujuan Life Skills
Secara umum pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa yang akan datang.Adapun tujuan pendidikan life skill adalah sebagai berikut:
a.           Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
b.           Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.
c.           Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup sebagai pribadi yang mandiri.
3.      Prinsip Pembelajaran Pendidikan Life Skills
Prinsip umum pendidikan life skills[4], khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia:
a.       Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku.
b.      Tidak harus dengan mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan kepada pengembangan kecakapan hidup.
c.       Etika-sosio-religius harus dibiasakan dalam proses pendidikan.
d.      Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to be dan learning to live together.
e.       Penyelenggaraan pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik menuju hidup yang sehat dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas serta memiliki akses untuk mampu memenuhi hidupnya secara layak.


B.       Model Pembelajaran Life Skills
Adapun untuk mengetahui model pembelajaran life skills dapat dilihat melaluicara pembelajaran untuk mengembangkan kecakapan hidup antara lain:
1.         Memberikan pertanyaan/tugas yang mendorong siswa untuk berbuat/berpikir. Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas tersebut bukan hanya untuk memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar siswa. Pertanyaan atau tugas yang memicu siswa untuk berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif.
2.         Memberikan pertanyaan/tugas yang mengandung soal pemecahan masalah.Pertanyaan/tugas tingkat tinggi dapat digunakan sebagai awalan untuk berlatih memecahkan masalah. Pertanyaan/tugas tingkat tinggi yang memenuhi kriteria sebagai masalah dijadikan titik tolak untuk mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah.Pemecahan masalah merupakan salah satu kecakapan akademik yang perlu dikembangkan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan siswa. Pemecahan masalah ini sangat penting untuk membantu siswa memperoleh kecakapan analitis, sintesis, ilmiah, dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja.

3.         Menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berko­munikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata.Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau mem­perhatikan dua prinsip inti berikut:
a.          Adanya saling ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru.
b.         Adanya adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Karena itu penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan pene­rapan yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam pembelajaran dapat dihindari.

C.    Strategi Pembelajaran Life Skills
1.      Proses Pembelajaran dan Pelaksanaan Pendidikan yang Berorientasi pada Life Skills
"Life Skills Education" diberikan secara tematis mengenai masalah-masalah kehidupan nyata sehari-hari. Tema-tema yang ditetapkan harus betul-betul bermakna bagi siswa, baik untuk saat ini maupun untuk kehidupan di kelak kemudian hari. Pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah secara kasus yang dapat dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran lain untuk memperkuat penguasaan life skills tertentu. Dengan pendekatan pemecahan masalah kehidupan sehari-hari para siswa menjadi semakin terlatih untuk menghadapi kehidupan yang nyata.[7] Tema yang disajikan dapat berupa bahan diskusi untuk masing-masing kelas, untuk tingkat kelas yang sama dan untuk seluruh siswa. Cakupan untuk setiap mata pelajaran juga perlu ditata-ulang dan diatur kembali alokasi waktu dan jamnya dalam setiap minggu. Di dalam alokasi jam pelajaran yang sudah diajarkan selama ini, untuk jam-jam pelajaran tertentu perlu disepakati pengurangannya untuk direalokasikan sebagai kontribusi kepada kegiatan life skills education menjadi kumpulan jam pelajaran untuk membahas tema tertentu bersama-sama dengan semua mata pelajaran terkait.Metodologi pembelajaran dapat dirancang dalam bentuk kegiatan yang memadukan proses belajar di kelas dan praktek di lapangan dan dilakukan secara partisipatif dengan metode-metode ceramah (30 %) sisanya adalah simulasi, praktek, diskusi kelompok dan game.
2.      Landasan Pelaksanaan Pengembangan Life Skills
Adapun landasan yang menjadi pijakan dalam pelaksanaan pengembangan life skills, antara lain:
a.     Landasan yuridis secara universal
Yang dapat dijadikan acuan pada landasan ini adalah rekomendasi dari UNESCO tentang “empat pilar pembelajaran” yang isinya adalah:
1)      Learning know or learning to learn
Maksudnya adalah program pembelajaran yang diberikan hendaknya mampu memberikan kesadaran kepada masyarakat sehingga mau dan mampu belajar.Learning to Know merupakan kemampuan kognitif yang meliputi:
a)      Kemampuan membuat keputusan dan memecahkan masalah.
b)      Kemampuan berpikir kritis dan rasional.
Dengan kecakapan berpikir rasional ini (thinking skill), diharapkan seseorang tidak akan gamang menghadapi kehidupan, sehingga dia dapat menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan.

2)      Learning to do
Maksudnya adalah bahan belajar yang dipilih hendaknya mampu memberikan suatu pekerjaan alternatif kepada peserta didik.
3)      Learning to be
Maksudnya adalah mampu memberi motivasi untuk hidup di era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan. Learning to be merupakan kecakapan personal (personal skill) yang dimiliki oleh seseorang  untuk memiliki kesadaran atas eksistensi dirinya dan kesadaran akan potensi dirinya[11]. Kesadaran akan eksistensi diri merupakan kesadaran  atas keberadaan diri. Kesadaran  atas keberadaan diri dapat dilihat dari beberapa sisi. Misalnya kesadaran diri sebagai makhluk Allah, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk hidup, dan  sebagainya. Kesadaran akan potensi  diri adalah kesadaran yang dimiliki seseorang atas kemampuan dirinya. Dengan kesadaran atas kemampuan diri itu seseorang akan tahu kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelamahannya. Dengan kesadaran eksistensi diri dan potensi diri, seseorang akan dapat menempuh kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan dan mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupannya.

4)      Learning to live together
Maksudnya adalah pembelajaran tidak hanya cukup diberikan dalam bentuk ketrampilan untuk diri sendiri, tetapi ketrampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b.      Landasan yuridis secara nasional
Yang dijadikan acuan pada landasan ini adalah UUD pasal 31 tentang pendidikan, kemudian UU No.2 tahun 1989 dan UU No.23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, seperti pada pasal 4 ayat 4 yang berbunyi: “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
c.       Landasan humanisme-teosentrisnya
Yang dijadikan acuan pada landasan ini adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis yakni prinsip-prinsip ajaran Islam yang bersifat universal, yang implementasi ajaran ini dapat fleksibel, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.Landasan pelaksanaan pengembangan life skills dalam pendidikan agama Islam menurut al-Qur’an, seperti pada surat al-Baqarah: 30, an-Naml: 62, Shad: 26 dan Yunus: 14 tentang tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang tentu membutuhkan pendidikan kecakapan hidup.Adapun menurut al-Hadis yakni HR. Bukhari-Muslim tentang lima hal yang perlu dipertimbangkan dalam berumah tangga. Hadis tersebut yang dijadikan landasan pelaksanaan pengembangan life skills.
3.      Pola Pelaksanaan Pembelajaran Life Skills
Adapun pola pelaksanaannya dapat dilakukan melalui :
a.       Pengembangan Budaya Sekolah
Pendidikan berlangsung bukan hanya di dalam kelas. Pendidikan juga terjadi di luar kelas, di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, dan di lingkungan-lingkungan lain pendidikan juga dapat berlangsung. Terkait dengan PBKH tidak dapat dibebankan kepada guru semata, tetapi ditunjang oleh lingkungan yang kondusif. Lingkungan itu di antaranya ialah lingkungan sekolah.Budaya sekolah berpengaruh sangat besar terhadap proses pendidikan di sekolah, bahkan beberapa ahli menyebutkan budaya sekolah itulah yang membentuk hasil pendidikan. Oleh karena itu budaya sekolah perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup. Ada tiga aspek pendidikan yang dapat dikembangkan melalui budaya sekolah yang kondusif. Ketiga aspek itu adalah pengembangan disiplin diri dan rasa tanggung jawab, pengembangan motivasi belajar, dan pengembangan rasa kebersamaan. Oleh karena itu, ketiga aspek itu hendaknya menjadi budaya warga sekolah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Manajemen Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional telah meluncurkan rintisan manajemen berbasis sekolah.  Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah salah satu model manajemen yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengurus dirinya dalam rangka peningkatan mutu.Ada lima prinsip dasar manajemen berbasis sekolah antara lain:kemandirian, transparansi, kerja sama, akuntabilitas, dan sustainbilitas. Kelima prinsip dasar itu sangat terkait dengan prinsip-prinisp kecakapan hidup yang akan dikembangkan di dalam pendidikan berorientasi kecakapan hidup. Oleh karena itu jika lima prinsip tersebut dapat dikembangkan menjadi budaya kerja sekolah, maka akan menompang tumbuhnya kecakapan hidup para siswa.Mengingat pendidikan kecakapan hidup merupakan reorientasi pendidikan yang bersifat mendasar, maka pada aspek manajemen sekolah juga perlu diperhatikan penyamaan pemahaman antar seluruh warga sekolah, sehingga perwujudan pendidikan kecakapan hidup menjadi salah satu bagian visi sekolah. Diperlukan juga upaya peningkatan kemampuan guru atau lainnya agar mampu mewujudkan pendidikan kecakapan hidup dalam kehidupan keseharian sekolah.
c.       Hubungan Sinergis dengan Masyarakat
Penanggung jawab pertama terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Sekolah hanya membantu orang tua dalam pelaksanaan pendidikan. Anak-anak, ternyata jauh lebih berhadapan dengan orang tua dan mayarakat dalam kesehariannya dibandingkan dengan sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan PBKH keterlibatan orang tua dan masyarakat tidak dapat dihindari.Hubungan sinergis artinya saling bekerjasama dan saling mendukung. Orang tua atau masyarakat dan sekolah perlu bersama-sama menentukan arah pendidikan bagi anak-anak. Kemudian memikirkan usaha-usaha untuk mencapai arah tersebut.Keterlibatan orang tua dalam manajemen berbasis sekolah adalah sebagai orang yang berkepentingan memiliki kesempatan ikut menentukan kebijakan pendidikan di sekolah. Misalnya, orang tua ikut menentukan rencana pengembangan sekolah, aplikasi kurikulum, pembiayaan dan sebagainya.

D.    Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan menyukai beberapa hal atau kegiatan, khususnya terhadap hal tertentu. Kegiatan yang diminati seseorang harus diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang, sehingga diperoleh kepuasan.
Pengertian Minatmenurut Tidjan (1976 :71) adalah gejala psikologis yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada perasaan senang.
Dari   pengertian   tersebut  jelaslah   bahwa   minat   itu   sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek seperti benda tertentu  atau   situasi   tertentu  yang  didahului oleh  perasaan   senang terhadap obyek tersebut.


E.     Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih tinggi.
Beberapa pengertian wirausaha adalah sebagai berikut:
√.  Menurut Richard Cantillon (1755), entrepreneurial is an innovator and individual developing something unique and new (wirausaha adalah seorang penemu dan individu yang membangun sesuatu yang unik dan baru).
√. Menurut J.B Say (1803), wirausaha adalah pengusaha yang mampu mengelola sumber-sumber daya yang dimiliki secara ekonomis (efektif dan efisien) dan tingkat produktivitas yang rendah menjadi tinggi.
√. Menurut Dan Stein dan Jhon F.Burgess (1993), wirausaha adalah orang yang mengelola, mengorganisasikan, dan berani menanggung segala resiko untuk menciptakan peluang usaha dan usaha baru.






BAB III
METODE dan PROSEDUR PENELITAN

A.      Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelompok belajar Paket C di SKB Kabupaten Bogor dengan sampel sebanyak 3 orang.
Adapun waktu pelaksanaannya sesuai dengan ijin yang diberikan oleh pengelola SKB Kabupaten Bogor yang terletak di Jl. SKB No. 1 Kel. Karadenan Kec. Cibinong Kab. Bogor, dengan teknik pengambilan data yang utama dalam bentuk wawancara dan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 02 November 2015.
Populasi adalah seluruh subjek penelitian. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah beberapa siswa Paket C di SKB Kab. Bogor. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari kelas XII yang berjumlah 3 orang sebagai objek penelitian.

B.       Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.        Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh peneliti dalam medukung tercapainya tujuan penelitian dengan mempertimbangkan kondisi aktual objek penelitian. Menurut Surahkmad menjelaskan bahwa :
“metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya di tijau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.”
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan data dan informasi dengan mempelajari, mengamati, mencermati tentang strategi pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor dalam mengembangkan minat wirausaha warga belajar. Dengan melihat fakta-fakta yang nampak saja atau faktor-faktor yang aktual dalam situasi yang sedang diselidiki. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hal ini dikemukan oleh Moh. Nazir (2011:54) bahwa;
“Metode diskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan actual mengenai fakta-fakta. Sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.”
Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh data dan fakta yang bertujuan menggambarkan baik keadaan diri sendiri, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang. Berdasarkan penjelasan dan pemaparan tersebut diatas, maka penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dipandang tepat atau sesuai, karena permasalahannya sedang terjadi pada saat ini (aktual).

2.        Teknik pengumpulan data
Selain menentukan metode, dalam penelitian diperlukan tehnik tertentu yang digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:
a.         Observasi
Observasi adalah merupakan teknik mendapatkan data atau informasi melalui kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap suatu obyek yang ingin diketahui. Hal ini dikemukakan oleh Juliansyah Noor (2011:140) “observasi adalah adanya pengamatan dari penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian”. Teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung tentang “Strategi Pembelajaran Paket C di SKB Kabupten Bogor Dalam Mengembangkan Minat Wirausaha Warga Belajar”.
b.        Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
3.        Populasi dan Sampel
a.         Populasi Penelitian
Penentuan populasi bagi seorang peneliti memegang peranan yang penting, karena populasi merupakan objek yang dijadikan sumber data. Sebagaimana diungkapkan oleh Sudjana (2002:246) yang menyatakan bahwa:
“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung, mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sejumlah objek yang lengkap dan jelas”. Pendapat lain dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2010:108) bahwa:
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitia. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.
Pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sejumlah subjek yang dapat dijadikan sasaran penelitian pada suatu daerah tertentu. Dalam penelitian yang dijadikan populasi yang peserta didik kelompok belajar paket C di SKB Kab. Bogor yang berjumlah 3 orang yang sekaligus dijadikan sampel (sampel total).
b.        Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian, yaitu sebagian kecil dari jumlah populasi yang dianggap dapat mewakili keadaan sesungguhnya dari populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Astia Dendi (2007 : 74) yang menyatakan bahwa “sampel penelitian adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dan mengingat jumlah populasi yang tidak banyak (kurang dari 150 satuan), maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
4.        Prosedur analisis data
5.        Tahap pelaksanaan strategi dan pengembangan minat pembelajaran
6.        Teknik strategi dan pengembangan minat pembelajaran
MULAI

STUDY LITERATUR
PERSIAPAN RENCANA
INDIKASI KEBUTUHAN
PENENTUAN  JADWAL BELAJAR
GAMBAR KEGIATAN
MERENCANAKAN STRATEGI
PENGELOLAAN KELAS
PENYESUAIAN STANDAR KURIKULUM
MENGHITUNG BIAYA OPRASIONAL
KESIMPULAN
7.        Studi Kasus










BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
1.        Strategi Pembelajaran Paket C di SKB Kab. Bogor
SKB Kabupaten Bogor diketuai Ibu Endah Surtini, SH. MM. SKB Kab. Bogor mengacu kepada kebijakan pembangunan pendidikan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan pendidikan berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional maupun global, sehingga mampu membangun insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.
Adapun visi, misi, dan tujuan SKB Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut:
Visi
Meningkatkan kualitas layanan dan kualitas penyelenggaraan Program Pendidikan Non-formal dan In-formal untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Misi
a.         Menjadikan UPT SKB sebagai pusat data Pendidikan Non-formal dan In-formal;
b.        meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan hasil program pendidikan non-formal dan in-formal;
c.         Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan di bidang pendidikan non-formal dan in-formal;
d.        Meningkatkan kualitas dan jejaring kemitraan dalam penyelenggaraan program pendidikan non-formal dan in-formal;
e.         Meningkatkan minat peran serta masyarakat dan kemitraan dalam kegiatan pendidikan non-formal dan in-formal.
Tujuan SKB Kab. Bogor
Meningkatkan kualitas layanan dan kualitas penyelenggaraan Program Pendidikan Non-formal dan In-formal untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, berkualitas, dan relavan dengan kebutuhan masyarakat

2.        Minat Wirausaha Warga Belajar
Minat berwirausaha warga belajar Paket C di SKB Kab. Bogor umumnya ada beberapa warga belajar yang terlihat mempunyai jiwa kewirausahaan dilihat dari kegiatan sehari-hari, ada yang berjualan di kelas. Sedangkan beberapa warga belajar lain belum terlihat jiwa kewirausahaannya. Minat berwirausaha juga dipengaruhi oleh adanya soft skills yang tinggi, karena untuk menjadi seorang wirausahawan dibutuhkan berbagai keterampilan dan karakter pribadi yang kuat.
           
3.        Strategi Pembelajaran Life Skill
Strategi pembelajaran life skill yang digunakan di paket C SKB Kab. Bogor yaitu dengan metode pelatihan kewirausahaan yang dilakukan setiap akhir semester dan memberikan mata pelajaran kewirausahaan demi untuk meningkatkan kemampuan kognitif warga belajar mengenai kewirausaan.

4.        Faktor Pendukung dan Penghambat
Adapun Faktor Pendukung yaitu:
a.       Warga belajar antusias terhadap pelatihan kewirausahaan
b.      Banyaknya keterampilan tutor untuk melatih kewirausahaan
c.       Warga belajar memiiki semangat wirausaha
Adapun Faktor Penghambat yaitu :
a.       Kurang tersedianya bahan-bahan untuk pelatihan kewirausaan
b.      Kurang tersedianya modal
c.       Kurangnya tutor pelatih dalam pelatihan kewirausahaan













BAB V
SIMPULAN dan SARAN


A.          Simpulan
Menurut Gerlach dan Ely (1990). “Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi pembelajaran dimaksudkan meliputi sifat, lingkup, dan urutan  kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik”. Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan menyukai beberapa hal atau kegiatan, khususnya terhadap hal tertentu. Menurut Dan Stein dan Jhon F.Burgess (1993), wirausaha adalah orang yang mengelola, mengorganisasikan, dan berani menanggung segala resiko untuk menciptakan peluang usaha dan usaha baru.

B.        Saran
Sebaiknya SKB Kab. Bogor memiliki tutor khusus dalam pembelajaran life skill dan pelatihan kewirausahaan.



DAFTAR PUSTAKA

Sudjana. 2010. Stategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production
http://izza-allyve.blogspot.co.id/2013/03/model-dan-strategi-pembelajaran-life.html
http://skb-kabbogor.blogspot.co.id/
http://ekaelprida.blogspot.co.id/p/blog-page_4778.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar