Senin, 08 Agustus 2016

TEKNIK DAN PROSEDUR KONSELING (PERILAKU ATTENDING, RAPPORT, EMPATI DAN REFLEKSI)



TEKNIK DAN PROSEDUR KONSELING
(PERILAKU ATTENDING, RAPPORT, EMPATI DAN REFLEKSI)


Disusun Kelompok 3 :
Ahmad Fauzi Batubara
Deni Purwanto
Gilang
Iman Sulaiman


PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (BK)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
2015
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik dan Prosdur Konseling” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling”.
Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami pengetahuan secara mendalam tentang teknik dan prosedur bimbingan dan konseling.  semoga makalah ini dapat berguna khususnya untuk kami umumnya untuk mahasiswa. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak Rusdi Kasman, M.Pd selaku dosen mata kuliah Praktek Layanan Bimbingan dan Konseling, atas bimbingan dan pengarahannya selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.


Bogor, ........Oktober 2015


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan  ................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Konseling .............................................................................. 7
B. Proses Konseling.................................................................................................. 8
C. Ragam Teknik-Teknik Bimbingan dan Koseling................................................ 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................................. 22
Saran .......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Apa itu Bimbingan dan Konseling? Membahas bimbingan dan Konseling untuk dunia pendidikan menjadi menarik. Karena, hal ini berkaitan dengan masa depan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini ke depan. Berbagai masalah di era modern sekarang ini menurut pihak sekolah untuk meningkatkan profesionalitas konselor, sehingga mampu memecahkan setiap problem yang dialami siswa, baik pribadi maupun sosial.
Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah, namun masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien masih dapat menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat nyambung antara konselor dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang banyak dari klien untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien mengatasi masalahnya. Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharapkan mampu untuk meningkatkan dan mengatasi masalah yang  dihadapi oleh para peserta didik
Disamping penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu,  keberanian dalam mempraktikan macam-macam tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu problem.

B.  Rumusan Masalah
1.         Apakah yang dimaksud dengan Teknik dan Prosedur Konseling?
2.         Apakah yang dimaksud Perilaku Attending, Rapport, empati dan Refleksi?


C.  Tujuan Penulisan
Adapun maksud penulis dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Teknik Prosedur dan Konseling
2.        Untuk Mengtahui apa yang dimaksud Perilaku Attending, Rapport, empati dan Refleksi



















BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Teknik-teknik  Konseling
Pengertian Konseling mengalami perubahan. Pada awal perkembangannya di Indonesia, istilah yang di gunakan adalah “Penyuluhan”. Namun sejak tahun 1980-an istilah ini dirubah menjadi konseling. Hal tersebut dimaksudkan untuk membedakan dengan istilah penyuluhan pertanian dan sebagainya.
Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupan dengan cara wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Individu yang mengalami masalah tersebut dibantu oleh konselor yang mana diharapkan mampu untuk mengatasi masalahnya atau mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling, yaitu ketrampilan konseling, strategi konseling, dan teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung penngertian yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. Sebab dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling.  Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar. Sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah pertanyaan-pertanyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentuh, merangsang dan mendorong sehingga klien terbuka menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya klien harus terlibat dalam mendiskusikan mengenai dirinya bersama konselor.
Respon konselor terhadap klien mencakup dua sasaran yaitu (1) perilaku verbal, dan; (2) perilaku nonverbal. Perilaku verbal mencakup semua pertanyaan baik itu kalimat-kalimat yang panjang, singkat, maupun kalimat yang terpotong-potog seperti oh, aduh, yah, dan sebagainya. Sedangkan perlaku noverbal adalah semua perilaku bahasa tubuh berupa isyarat, posisi tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, letak tangan, anggukan kepala, jarak duduk, dan posisi kaki.
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.

B.  Prosedur Konseling
Proses konseling akan menempuh beberapa langkah yaitu : Menentukan masalah, Pengumpulan data, Analisis data, Diagnosis, Prognosis, Terapi, Evaluasi dan follow up.
1.    Menentukan Masalah
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melalukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien (siswa) misalnya seorang siswa sebut saja namanya putra berdasarkan fenomena dan perilaku sehari hari yang ditunjukan oleh siswa tersebut dapat di identifikasi bahwa masalahnya yang sedang dialaminya adalah:
a.     sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin)
b.      sering bolos sekolah
c.     sering menggangu teman dalam belajar (suka usil)
d.      sulit berkonsentrasi dalam belajar agama islam
e.     prestasi belajar terus menurun
f.      merokok secara sembunyi sembunyi (ketagihan rokok)
g.     dikucilkan dari pergaulan teman teman disekolah atau madrasah
h.     sering rebut dengan orang tua terutama ayah dan lain lain.
Berdasarkan identifikasi diatas dapat diketahui bahwa putra memiliki delapan masalah. untuk menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atau dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi bila masalah diatas misalnya pembimbing (konselor) menetapkan masalah
“prestasi belajar yang menurun” untuk diprioritaskan dipecahkan melalui layanan konseling alasannya karena putra statusnya sebagai pelajar. Apabila  tidak segera dibantu dikhawatirkan ia tidak lulus. Mudah mudahan dengan terpecahkan masalah “prestasi menurun” masalah-masalah yang lain juga menjadi berkurang.
2.    Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan harus secara komprenhensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri, data orang tua (ayah ibu) data pendidikan, data kesehatan dan data lingkungan .
Data diri biasanya mencakup: nama lengkap, nama panggilan, nama kesayangan, jenis kelamin, anak keberapa, status anak  dalam keluarga misalnya anak kandung, tiri, atau angkat, tempat tanggal lahir, agama, hobi, atau cita cita, ciri-ciri tubuh, alamat dan lain sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah, tempat dan tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan setiap bulan, alamat dan nama ibu tempat, tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan, alamat dan lain lain. Data pendidikan dapat mencakup tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa dan lain lain. Data kesehatan dapat mencakup: riwayat penyakit yang pernah diderita, pernah atau tidak dirawat dirumah sakit dan gangguan kesehatan lain yang bias mempengaruhi fisik dan psikis ssiswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat mencakup: dimana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga dalam lingkungan seperti apa dan lain sebagainya.
Data-data siswa (putra) diatas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontes Pengumpulan data siswa dengan tes dapat mencakup : tes kecerdasan (IQ), tes hasil belajar, tes bakat minat  dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan cara non tes seperti: observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian (Untuk orang tua dan siswa), wawancara sosiometri, biografi atau catatan harian, pemeriksaan fisik atau kesehatan, studi kasus, kunjungan rumah dan lain sebagainya.


3.    Analisis Data
Data-data siswa yang telah dikumpulin selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil dapat dianalisis secara kualitatif. Misal nya hasil tes belajar putra pada setiap mata pelajaran memperoleh nilai lima dan rata rata dibawah lima. Berdasarkan data tersebut bisa dinyatakan bahwa presentasi belajar putra lebih rendah dan seterusnya untuk data yang diperoleh melalui non test (misalnya sosiometri) dari 40 orang teman sekelas putra hanya lima orang yang memilih suka berteman dengan putra. berdasarkan kan data tersebut, analisisnya adalah bahwa putra cenderung tidak disukai oleh teman temannya (fenomena adalah putra dari pergaulan oleh teman teman disekolah) seterusnya dari analisis data akan diketahui siapa putra ? dan apa sesungguhnya masalah yang dialami oleh putra ?
4.    Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang masalah atau factor factor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien). Pada contoh diatas adalah pembimbing (konselor) mencari factor factor penyebab timbulnya masalah pada putra yakni faktor-faktor penyebab presesntasi belajar putra yang rendah dan di kucilkan dari pergaulan oleh teman teman disekolah dan madrasah.
5.    Prognosis
Setelah diketahui factor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (dalam contoh diatas adalah masalah pada putra) selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah langkah bantuan yang akan diambil. jenis bantuan apa bisa diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh siswa (putra). Berdasarkan masalah putra di atas diberikan bimbingan belajar misalnya pengajaram remedial, les tambahan dan lain lain yang sesuai dengan bimbingan social yang tujuannya agar putra memperoleh penyesuaian social teman temannya disekolah.
6.    Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. Dalam contoh diatas pembimbing atau konselor melaksanakan bantuan belajar atau bantuan social yang telah ditetapkan untuk memecahkan masalah putra.
7.    Evaluasi atau Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberiakan memperoleh hasil atau tidak dalam contoh diatas apakah pelaksanakan pemberian bimbingan belajar dan social kepada putra telah memberikan hasil di mana prestasi belajar putra meningkat atau perilaku putra berubah sehingga mulai disenangi oleh teman temannya atau belum. Apabila sudah diberikan hasil apa langkah langkah selajutnya yang perlu diambil. Begitu juga sebaliknya apabila belum berhasil.
Persiapan Konseling
Pada tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk memulai proses konseling yaitu: membentuk kesiapan untuk konseling, memperoleh riwayat kasus, dan evaluasi psikodiagnostik.

1.    Kesiapan untuk Konseling
Kesiapan konseling ditujukan kepada konselor maupun kliennya. setiap aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Untuk dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan berdaya guna, maka konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga klien harus siap mengikuti konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai tuntutan konselor. Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling yang berhubungan dengan klien berupa: motivasi klien untuk memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri. harapan-hapan terhadap peran konselor, dan sistem pertahanan diri.
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan jalannya proses konseling. Klien yang mengikuti proses konseling karena terpaksa akan berbeda partisipasinya dengan klien yang mengikuti proses konseling yang memiliki motivasi untuk memperoleh bantuan.
Dalam proses konseling harus ada respons-respons tertentu dari klien. Ada klien yang mampu melihat masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Sistem pertahanan diri yang baik dari klien akan membantu kelancaran proses konseling. Sebaliknya, sistem pertahanan diri yang jelek akan menghambat proses konseling, karena ketika konselor bertanya sesuatu yang sedikit memojokkan klien, ia akan menangis.
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, kepada konselor disarankan supaya melakukan hal-hal sebagai berikut: memulai pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan; menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga merangsang siswa untuk memperoleh bantuan; menghubungi sumber-sumber rujukan misalnya sekolah, organisasi dan sebagainya; memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan prospeknya; melalui proses pendidikan itu sendri; melakukan survey terhadap masalah-masalah klien; dan melakukan orientasi pra konseling.
2.    Riwayat Kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa yang lalu. Secara sederhana riwayat kasus biasa dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dialami klien.
Menurut Surya (1988: 160). riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk yaitu: riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada masalah-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara konseling; catatan kumulatif, yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang; biografi dan autobiografi; tulisan-tulissan yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus sebagai dokumen pribadi; serta grafik waktu tentang kehidupan siswa yang berkasus.
3.    Evaluasi Psikodiagnostik
Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses memeriksa gejala, memperkirakan sebab-sebab, mengadakan observasi, menempatkan gejala dalam kategori, dan memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya. Secara umum bidang diagnosis dalam psikologis berarti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.
Psikodiagnosis dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah laku dalam situasi yang terstandar. Penggunaan tes psikodiagnosis dalam konseling berfungsi untuk: menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling; meramalkan keberhasilan konseling; memperoleh informasi yang lebih terperinci; dan merumuskan diagnostic yang lebih tepat.

C.  Macam-macam Teknik Konseling
Bimbingan dan Konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Terkadang, ada seseorang yang ketika enjoy dengan satu teknik, dia tidak mau mencoba teknik lain. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi terus-menerus untuk mengembangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas problem di era modernisasi dan informasi sekarang ini.

Banyak tehnik konseling yang dapat digunakan oleh konselor untuk menangani kliennya, yaitu:
1.         Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik adalah merupakan kombinasi ketiga komponen tersebut sehingga memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Attending yang baik  dapat:
a.         Meningkatkan harga diri klien; sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghampiri klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
b.         Menciptakan suasana yang aman; dengan perilaku ini klien merasa aman, karena klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
c.         Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas; memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya. Berikut akan dikemukakan contoh perilaku attending yang baik :
1)   Kepala; melakukan anggukan jika setuju.
2)   Ekspresi wajah; tenang, ceria, senyum.
3)   Posisi tubuh; agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4)   Tangan; variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5)   Mendengarkan; aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Adapun contoh perilaku attending yang tidak baik :
1)   Kepala; kaku
2)   Muka; kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
3)   Posisi tubuh; tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
4)   Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
5)   Perhatian; terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
2.         Rapport
Rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan dan persamaan. Jika sudah terjadi persetujuan dan persamaan, timbul kesukaan terhadap satu sama lain.
Didalam kehidupan sehari-hari ada dua cara kita melihat orang lain. Pertama, melihat perbedaan. Cara melihat ini diwarnai dengan perasaan egosentrisme, yakni melihat orang lain dari kelemahannya, kesalahannya, atau keburukannya. Dan menganggap diri sendiri adalah yang paling hebat, pandai, terhormat, mulia dan sebagainya. Akibatnya orang ini hanya melihat perbedaan, sehingga menjurus kepada individualistik. Kedua, memandang orang lain dari persamaan. Pandangan ini melahirkan sikap ingin berbagi (sharing) dengan orang lain. Islam mengajarkan bahwa “sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah perselisihan diantara saudara-saudaramu”(Q.S.Al Hujurat:100)
Didalam konseling, seorang konselor harus mampu menciptakan rapport. Bagaimana caranya?
a.         Pribadi konselor harus empat, merasakan apa yang dirasakan kliennya. Dia juga harus terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai rasa hormat dan menghargai.
b.         Konselor harus mampu membaca perilaku nonverbal klien. Terutama yang berhubungan dengan bahasa lisannya.
c.         Adanya rasa kebersamaan, intim, akrab, dan minat membantu tanpa pamrih. Artinya ada keikhlasan, kerelaan dan kejujuran pada diri konselor.
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.
Melalui teknik ini maka akan tercipta hubungan yang akrab antara konselor dan klien yang ditandai dengan saling mempercayai. Implementasi teknik rapport dalam konseling yaitu: pemberian salam yang menyenangkan, menetapkan topic pembicaraan yang sesuai, susunan ruang konseling yang menyenangkan, sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, dan menjamin kerahasiaan klien; serta kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
3.         Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Ada dua macam empati, yaitu :
a.    Empati primer,  yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
b.    Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
Kehidupan dunia dalam klien merupaka rahasia yang sulit untuk ditembus. Bahkan keadaannya begitu berlapis. Klien yang kita hadapi sering tampil hanya dipermukaan saja, dan jarang menampilkan dunia dalam mereka. Kecuali berhadapan dengan orang yang dipercayai.
Orang yang dipercayai oleh klien adalah yang memahami dan dapat merasakan perasaan, pengalaman, serta pikiran klien. Konselor yang empati mudah memasuki dunia dalam klien sehingga klien tersentuh dengan sikap konselor. Akhirnya klien akan terbuka dengan jujur terhadap konselor.
4.         Refleksi
Refleksi adalah suatu jenis teknik konseling yang penting dalam hubungan konseing. Yaitu sebagai upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan pengalaman klien, kemudian merefleksikannya kepada klien kembali. Hal ini harus dilakukan konselor sebab sering klien tidak menyadari akan perasaan, pikiran dan pengalamannya yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
Jika dia menyadari akan perasaannya, maka klien mungkin akan segera mengubah perilakuknya kearah positif. Namun tidaklah mudah bagi seorang calon konselor untuk menangkap dan memahami perasaan, pikiran dan pengalaman, serta mengungkapkannya kembali kepada klien dengan bahasa konselor sendiri.
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu: (
a.         Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….” (2)
b.         Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ”Tampaknya yang Anda katakan…
c.         Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…

5.         Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang. Barang kali dia hadir dalam keadaan terpaksa, sehingga enggan mengemukakan perasaan dan pikirannya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
a.         Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Konselor dapat menggunakan kalimat-kalimat ini untuk memulai keterampilan eksplorasi perasaan. Contoh: ” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….
b.         Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh: ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja?”.
c.         Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok (group guidance) dan pendekatan secara individual (Individual Guidance Counseling).
Bimbingan dan Konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu, diperlukan keberanian dalam memperaktikkan macam-macam teknik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. Ragam Teknik-teknik Konselor yaitu, Perilaku Attending, Rapport, Empati dan Refleksi.
B.  Saran
Setelah penulis menguraikan masalah tersebut banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami harapkan kepada Bapak Dosen khususnya dan kepada para rekan pembaca pada umumnya untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih luas, dan kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan kami dalam penyusunan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sofyan S. Willis., Konseling Individual, Teori dan Praktek, Alfabeta , Bandung, 2014.
Safinaoktrn. (2014) Teknik Bimbingan dan Konseling. Diperoleh Oktober   09.22, dari   http://alqatiry.blogspot.com/teknik-bimbingan-konseling-islam.html 

Prayitno, Amti Erman.. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. PT. Rineka Cipta Jakarta. 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar