MASALAH
LINGKUNGAN HIDUP
KEPENDUDUKAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Disusun:
Ahmad
Fauzi Batubara
12211110835
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
BOGOR
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Masalah Lingkungan Hidup tepat pada waktunya. Sholawat dan
salam kearwah junjungan kita nabi besar Muhammad Saw, syafaat beliau lah yang
kita harapkan di hari kemudian. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Kependudukan dan
Kesejahteraan Sosial”
Saya juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang ................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan Hidup ............................................................................................. 5
2.2 Masalah Lingkungan Hidup................................................................................ 5
2.3 Penyebab dan Dampak
Masalah Lingkungan Hidup.......................................... 6
2.4 Upaya Mengatasi Lingkungan
Hidup................................................................. 7
BAB III PENUTUB
Kesimpulan........................................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya manusia
bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam
yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi
manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk
melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai
komponen terbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat
dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.
Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia.
Lingkungan yang sehat akanterwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam
kondisi yang baik.
Lingkungan hidup di
Indonesia perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan
hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi di berbagai daerah.
Secara garis besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok biotik (flora darat dan air, fauna darat dan air), kelompok
abiotik ( sawah, air dan udara) dan kelompok kultur (ekonomi, sosial, budaya
serta kesehatan masyarakat).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan
Hidup
Berdasarkan pada data yang diperoleh,
Indonesia mempunyai hutan tropis dunia sebesar 10 persen. Sekitar 12% keadaan
hutan di Indonesia yang merupakan bagian dari jumlah binatang yang tergolong
jenis mamalia, 16% persen merupakan bagian dari spesies amphibi dan binatang
sejenis reptil dan 25% dari bagian spesies sejenis burung dan sekitar 1.519
merupakan bagian dari spesies burung. Sisanya merupakan endemik yang hanya dapat
ditemui didaerah tersebut.
Penyusutan luas hutan alam yang
merupakan asli Indonesia mengalami kecepatan menurunan yang cukup
memprihatinkan. Menurut World Resource Institute (1997), hingga saat ini hutan
asli Indonesia. Selama periode 1985-1997 kerusakan hutan mencapai 1,6 juta
hektar per tahun. Pada periode 1997-2000 bertambah menjadi 3,8 juta hektar per
tahun. Berdasarkan pada hasil penelitian citra landsat pada tahun 2000 terdapat
101,73 juta hektar hutan dan lahan mengalami kerusakan yang cukup serius. Diantaranya,
hutan seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan [Badan Planologi
Dephut,2003]. Menurut data yang diperoleh dari Bakornas Penanggulangan Bencana
pada tahun 2003, bencana yang terjadi selama tahun 1998 hingga pertengahan 2003
data yang didapat menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan 2022 korban jiwa
dan mengalami kerugian milyaran rupiah dengan 85% merupakan bencana banjir dan
longsor.
2.2
Masalah Lingkungan Hidup
Dalam lingkungan hidup di Indonesia,
banyak terjadi permasalahan di sungai, laut, tanah dan hutan yaitu sebagai
berikut:
a. Pencemaran Sungai dan laut. Sungai dan laut dapat
tercemar dari kegiatan manusia seperti penggunaan bahan logam berat, pembuangan
limbah cair kapal dan pemanfaatan air panas. Secara biologis, fisik dan kimia
senyawa seperti logam tidak dapat dihancurkan. Di berbagai sektor industri dan
rumah tangga seperti pemakaian bahan-bahan dari plastik.
b. Pencemaran Tanah. Tanah bisa dapat tercemar
apabila penggunaan secara berlebihan terhadap pupuk dan bahan pestisida.
Pencemaran tanah mempunyai ciri yaitu adanya perubahan tanah menjadi kering dan
keras, hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangat besar yang
terdapat di dalam tanah. Selain itu, pencemara tanah juga dapat disebabkan oleh
sampah plastik karena pada umumnya sampah plastik tidak mengalami proses
penghancuran secara sempurna.
c. Pencemaran Hutan Hutan juga bisa mengalami
kerusakan apabila dalam pemanfaatannya tidak terkendali dengan baik. Hutan
merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Salah satu
contoh pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan secara liar.
Jika kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus maka dapat mengakibatkan
penggundulan hutan.
2.3 Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan
Hidup
Perubahan ekosistem lingkungan yang
paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dalam
pemanfaatan sumber-sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal
inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu
lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan
yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan
lainnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan
membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Selain itu
kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan dapat
mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah.
Padahal hutan merupakan sumber
kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai penghasil oksigen,
tempat penyedia makanan dan obat-obatan.
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat mmbawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat mmbawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.
2.4 Upaya-Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan Hidup
Usaha Mengatasi berbagai Masalah
Lingkungan Hidup Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Menerapkan penggunaan
teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber daya alam baik yang
dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampungnya.
b. Untuk menghindari
terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam maka diperlukan
penegakan hukum
secara adil dan konsisten.
c. Memberikan kewenangan dan
tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
d. Pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan cara
membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
e. Untuk mengetahui
keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
f. Penetapan konservasi yang
baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.
g. Mengikutsertakan masyarakat
dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berwawasan Lingkungan Hidup dan Berkelanjutan
Untuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan perlu diadakan konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa.
Untuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan perlu diadakan konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa.
Pengelolaan sumber daya alam merupakan
usaha secara sadar dengan cara menggali sumber daya alam, tetapi tidak merusak
sumber daya alam lainnya sehingga dalam penggunaannya harus memperhatikan
pemeliharaan dan perbaikan kualitas dari sumber daya alam tersebut. Adanya
peningkatan perkembangan kemajuan di bidang produksi tidak perlu mengorbankan
lingkungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila lingkungan
tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dari keberadaan sumber daya
alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat. Dalam pengelolaan
sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan lingkungan. Keserasian
lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang sifatnya relatif sama
dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam agar berkelanjutan
perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa menghambat kemajuan.
Pengelolaan
sumber daya alam berkelanjutan dalam pengelolaan sumber
daya alam agar tetap lestari maka dapat dilakukan uasaha atau upaya sebagai
berikut:
a. Menjaga kawasan tangkapan
hujan seperti kawasan pegunungan yang harus selalu hijau karena daerah
pegunungan merupakan sumber bagi perairan di darat.
b. Untuk mengurangi aliran
permukaan serta untuk meningkatkan resapan air sebagia air tanah, maka
diperlukan pembuatan lahan dan sumur resapan.
c. Reboisasi di daerah
pegunungan, dimana daerah tersebut berfungsi sebagai reservoir air, tata air,
peresapan air, dan keseimbangan lingkungan.
d. Adanya pengaturan terhadap
penggunaan air bersih oleh pemerintah.
e. Sebelum melakukan
pengolahan diperlukan adanya pencegahan terhadap pembuangan air limbah yang
banyak dibuang secara langsung ke sungai.
f. Adanya kegiatan penghijauan
di setiap tepi jalan raya, pemukiman penduduk, perkantoran, dan pusat-pusat
kegiatan lain.
g. Adanya pengendalian
terhadap kendaraan bermotor yang memiliki tingkat pencemaran tinggi sehingga
menimbulkan polusi.
h. Memperbanyak penggunaan
pupuk kandang dan organik dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan sehinnga
tidak terjadi kerusakan pada tanah.
i.
Melakukan reboisasi terhadap lahan yang kritis sebagai suatu bentuk
usaha pengendalian agar memiliki nilai yang ekonomis.
j.
Pembuatan sengkedan, guludan, dan sasag yang betujuan untuk mengurangi
laju erosi.
k. Adanya pengendalian
terhadap penggunan sumber daya alam secara berlebihan.
l.
Untuk menambah nilai ekonomis maka penggunaan bahan mentah perlu
dikurangi karena dianggap kurang efisien.
m. Reklamasi lahan pada daerah
yang sebelumnya dijadikan sebagai daerah penggalian.
Pengelolaan Daur Ulang Sumber Daya alam tingkat pencemaran dan
kerusakan lingkungan dapat dikurangi dengan cara melakukan pengembangan usaha
seperti mendaur ulang bahan-bahan yang sebagian besar orang menganggap sampah,
sebenarnya dapat dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat dan tentunya dengan
pengolahan yang baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam upaya untuk
mengatasi masalah lingkungan.
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah dengan menggunakan konsep daur ulang
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengelompokan dan
pemisahan limbah terlebih dahulu.
2. Pengelolaan limbah menjadi
barang yang bermanfaat serta memilki nilai ekonomis.
3. Dalam pengolahan limbah
juga harus mengembangkan penggunaan teknologi.
Pelestarian Flora dan Fauna
Untuk menjaga kelestarian flora dan
fauna, upaya yang dapat dilakukan adalah mendirikan tempat atau daerah dengan
memberikan perlindungan khusus yaitu sebagai berikut:
1. Hutan Suaka Alam merupakan
daerah khusus yang diperuntukan untuk melindungi alam hayati.
2. Suaka Marga Satwa merupakan
salah satu dari daerah hutan suaka alam yang tujuannya sebagai tempat
perlindungan untuk hewan-hewan langka agar tidak punah.
3. Taman Nasional yaitu daerah
yang cukup luas yang tujuannya sebagai tempat perlindungan alam dan bukan
sebagai tempat tinggal melainkan sebagai tempat rekreasi.
4. Cagar alam merupakan daerah
dari hutan suaka alam yang dijadikan sebagai tempat perlindungan untuk keadaan
alam yang mempunyai ciri khusus termasuk di dalamnya meliputi flora dan fauna
serta lingkungan abiotiknya yang berfungsi untuk kepentingn kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Permasalahan Lingkungan Hidup Di Jawa Barat Mengancam Keselamatan Rakyat.
Dadang Sudardja. Ka.
Divisi Kampanye Dan POR WALHI JABAR Contak : 081931220356 Hujan yang turun dan
mengguyur di beberapa wilayah di Jawa Barat dalam pekan ini , telah menimbulkan
bencana. Di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung terjadi banjir lumpur yang
menutup akses jalan de Desa Cibeureum yang berjarak kira-kira 50 km dari arah
selatan kota Bandung. Puluhan rumah di Kp Cirawa dan Kampung Neglasari Desa
Cibeureum Kecamatan Kertasari tergenang lumpur dan mengakibatkan kerusakan yang
berat. Dinding rumah penduduk jebol akibat dihantam lumpur.
Data resmi yang
dikeluarkan oleh pihak Desa Cibeureum, menyebutkan, lumpur dengan ketinggian
hingga 1 meter menggenangi empat titik sepanjang 400 meter di jalan raya
Kertasari. Sebanyak 20 rumah dan dua mesjid tergenang lumpur di Kampung Cirawa.
Diperkirakan kerugian fisik mencapai ratusan juta rupiah. Belum terganggunnya
kehidupan ekonomi yang diakibatkan oleh terputusnya jalan.
Sementara itu di Kabupaten
Tasikmalaya 453 rumah yang terletak di daerah Ciandum, Kecamatan Cipatujah,
diterjang banjir. Musibah itu terjadi akibat Sungai Cipanyerang yang berada di
Ciandum meluap setelah di guyur hujan selama 3 hari terakhir.
Dua kejadian ini cukup
menggambarkan bahwa kondisi lingkungan di Jawa Barat dalam keadaan kritis.
Berawal dari Alih Fungsi Lahan. Pokok permasalahan terjadinya degradasi
sumberdaya lahan adalah karena inkonsistensi atau ketidak sesuaian antara
penggunaan lahan dan ruang yang ada dengan arahan yang diperintahkan pada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Sekitar 33% lahan tidak digunakan sesuai dengan arahan tata guna
tanah dalam Rencana Tata Ruang bahkan selama lima tahun terakhir telah terjadi
penyimpangan terhadap pemanfaatan kawasan lindung sekitar 12,9% .
Kondisi terbesar dari penyimpangan tersebut terutama disebabkan
adanya alih fungsi pada kawasan hutan dan kawasan resapan air. Dari tahun 1994 sampai 2000, hutan lindung
berkurang sekitar 106.851 ha (24%), sementara hutan produksi berkurang sekitar
130.589 ha (31 %).
Pesawahan dalam periode ini telah diubah menjadi
lahan bukan pesawahan seluas kurang lebih 165.903 ha (17%). Gejala ini bisa
menurunkan daya dukung lingkungan wilayah Jawa Barat (Perda No. 2/2000: Pola
Dasar Pembangunan Jawa Barat 2001-2007). Dalam periode 1994 hingga 2001 telah
terjadi perubahan tata guna tanah yang cukup besar, yaitu berkurangnya hutan
primer sebanyak 24%, hutan sekunder dan semak belukar 17%.
Pemukiman,
kawasan industri, perkebunan dan kebun campuran meluas masing-masing sebanyak
33%, 21%, 22% dan 29% hingga tingkat erosi di wilayah Jawa Barat telah mencapai
32.931.061 ton per tahun. Wilayah hutan yang sebelumnya 791.571 ha (22% daratan
Jawa Barat) ternyata penutupan vegetasi hutannya hanyalah 9% atau sekitar
323.802 ha pada tahun 2000.
Kerusakan keseluruhan wilayah hutan Jawa Barat
diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat apabila tidak dilakukan tindakan-tindakan
yang memadai (BPLHD Jawa Barat, 2002). Konversi lahan dari hutan alarm menjadi
area yang rendah penutupan vegetasinya telah terjadi beberapa dekade di kawasan
Bopuncur dan Depok.
Pembangunan villa dan perumahan di kawasan Puncak
yang selama ini terjadi sudah melebihi aturan yang ditentukan yaitu 19.500 Ha
untuk lahan permukiman perkotaan dan untuk hutan lindung 19.475 Ha (Keppres
No.114 Tahun 1999).
Pada kenyataannya kawasan kota dan pemukiman
menjadi 20.500 Ha. Selain itu
terjadi perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung yang mengalami peningkatan
luasan lahan budidaya dari 3.761 Ha (tahun 1990) menjadi 13.760 Ha (tahun
2000). Sementara itu volume banjir periodik 25 tahunan pun mengalami
peningkatan dari 330 m3/detik pada tahun 1973 menjadi 740 m3/detik pada tahun
2000. Balai RLKT Wilayah IV melaporkan bahwa luas lahan kritis di Jawa Barat
cenderung meningkat, terutama yang berada di luar kawasan hutan.
Sampai tahun 1999 ada tiga kabupaten yang memiliki
luas lahan kritis terbesar, yaitu : Kabupaten Bandung seluas 36.698 ha, Cianjur
seluas 44.084 ha, dan Garut seluas 33.945 ha. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa
Barat (2004) melaporkan bahwa luas lahan kritis di DAS Citarum Hulu sudah
mencapai 150.000 ha, Cimanuk Hulu seluas 24.000 ha, Citanduy sekitar 64.000 ha
dan lebih dari 9000 ha lahan kritis di DAS Ciliwung Hulu.
Adanya lahan-lahan kritis umumnya disebabkan oleh
adanya kegiatan yang secara langsung menyebabkan rusaknya daya dukung
tanah/lahan antara lain pemanfaatan lereng bukit yang tidak sesuai dengan
kemampuan peruntukannya, untuk lahan pertanian yang tidak menerapkan teknologi
konservasi, bahkan tidak sedikit yang berubah fungsi menjadi areal permukiman.
Pembangunan infrastruktur di Jawa Barat belum bisa
mengikuti secara penuh pedoman yang diberikan dalam Rencana Tata Ruang dan
Wilayah termasuk transportasi, irigasi, dan konservasi lingkungan. RTRW tidak
mampu mengendalikan perencanaan regional yang menciptakan kesenjangan antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya (Rencana Strategis Jawa Barat 2001-2004).
Permasalahan tersebut dapat ditelaah lebih lanjut
dengan melihat masalah-masalah yang berkaitan dengan sektor dan komponen
lingkungan atau sumberdaya lainnya. Misalnya, dampak dari adanya lahan kritis
yaitu munculnya masalah banjir dan tanah longsor.
Di Jawa Barat daerah yang rawan banjir, yaitu
Bandung (1.750 ha), Majalengka ( 530 ha ), Indramayu (16.600 ha), daerah pantai
utara Subang ( 12.000 ha), Cirebon (450 ha), Ciamis (16.000 ha).
Selain dampak adanya lahan kritis terhadap banjir,
permasalahan lain yang sering muncul di Jawa Barat yaitu semakin sering terjadi
bencana alam longsor. Bahaya longsor di Jawa Barat dapat dikategorikan ke dalam
dua areal, yaitu di daerah jalan/prasarana transportasi dan di daerah
permukiman penduduk.
(Sumber BPLHD JABAR) Penutup Tingkat dan
akselerasi kerusakan lingkungan saat ini telah lebih jauh berubah menjadi
masalah sosial yang pelik. Aktifitas pembangunan saat ini telah menimbulkan
masalah-masalah sosial seperti mengabaikan hak-hak rakyat atas kekayaan alam,
marjinalisasi dan pemikisnan.
Permasalahan lingkungan hidup juga bukan masalah
yang berdiri sendiri dan harus dipandang sebagai masalah sosial kolektif. Oleh
karenanya, masalah lingkungan hidup saat ini mau tidak mau juga harus
mentransformasikan dirinya menjadi sebuah gerakan sosial.
Artinya seluruh komponen
masyarakat seperti buruh, petani, nelayan guru, kaum profesional, pemuda,
mahasiswa, remaja, anak-anak dan kaum perempuan harus bersatu melawan ketidak
adilan lingkungan hidup. Dampak dari aktivitas pembangun yang tidak terkendali,
telah membawa perubahan yang cukup ekstreem terhadap tatanan kehidupan, yang
kemudian membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan dimuka bumi.
Dampak yang ditimbulkan, telah mengancam
keselamatan kehidupan manusia dan eksosistem.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyebab terjadinya masalah
lingkungan hidup adalah adanya kegiatan masyarakat seperti pembuangan limbah
pabrik, sampah dari rumah tangga, penebangan dan kebakaran hutan yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap sungai dan laut, tanah, hutan sehingga banyak
flora dan fauna yang punah.
3.2 Saran
masyarakat harus menjaga
kelestarian lingkungan hidup. Dalam pemanfaatan sumber daya harus memperhatikan
dampak yang timbul dari penggunaan sumber daya tersebut terhadap lingkungan
sekitar agar tidak terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.H. Totok Gunawan, M.S.,dkk. 2004.
Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta: Ganeca Exact.
Sugandi, Dede. 2005. Geografi.
Bandung: Regina.
http://www.berpolitik.com/static/myposting/2007/11/myposting_247.html
http://forum.cekinfo.com/showthread.php?t=1680
jangan lupa komentarrnya
BalasHapus