Jumat, 19 Juni 2015



MAKALAH
INOVASI PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan
Dosen Pengampu : DR. Sri Nurlaeli
Kelompok 3 :
Ahmad Fauzi Batu Bara
Dinda Agusta Marta
Della Ayu Fauziah
Gilang
Muhammad Fakhran
Siti Nurhasanah




PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan izin-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah Inovasi Pendidikan yang membahas tentang “Difusi Inovasi
            Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman, terutama kepada Ibu Dr. Sri Nurlaeli, selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pendidikan yang telah memberikan Tugas kepada kami untuk membuat makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembacanya. Namun demikian, kami sangat menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima setiap kritik dan saran dari pembaca dengan tangan terbuka.
Terima kasih



  Bogor,     18 Maret 2015

    Penulis










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................v
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A.    Latar Belakang ...........................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah .....................................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan .......................................................................................................2
D.    Manfaat Penulisan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... ..3
A.    Proses Keputusan Inovasi ........................................................................................3
1.    Knowledge Stage ...................................................................................................4
2.    Persuasion Stage ....................................................................................................6
3.    Decision Stage ........................................................................................................7
4.    Implementation Stage ...........................................................................................7
5.    Confirmation Stage ...............................................................................................8
B.     Implementasi di Tingkat Sekolah ............................................................................9
C.     Hambatan Terhadap Inovasi ..................................................................................10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................ ..20
DAFTAR PUSTAKA          ..20
 









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi atau sub sistem.
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.
B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah-masaah yang dapat dirumuskan dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan difusi inovasi?
2.      Apakah Elemen-elemen difusi inovasi?

C.    Tujuan Perumusan Masalah
Adapun tujuan perumusan masalah tersebut adalah :
1.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan difusi inovasi.
2.    Untuk mengetahui elemen-elemen difusi inovasi.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian difusi dan diseminasi
Difusi ialah proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota system social) dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu, komunikasi dalam definisi ini ditekankan  dalam arti, terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen), yang berlangsung secara sepontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.
Jadi difusi dapat juga merupakan salah satu tipe komunikasi yakni komunikasi yang memepunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasi adalah hal yang baru (inovasi).
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola, jadi kalau difusi terjadi secara sepontan,maka diseminasi dengan perencanaan. Dalam pengertin ini dapat juga direncanakan terjadinya difusi. Misalnya dalam penyebaran inovasi pengunaan pendekatan ketrampilan proses dalam proses belajar mengajar. Setelah diadakan percobaan ternyata dengan pendekatan ketrampilan proses-proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan siswa aktif belajar.
B.     Elemen-elemen Difusi Inovasi
Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi: a)  Inovasi, b) Berkomunikasi dengan saluran tertentu, c) Waktu, d) Warga masyarakat (anggota system sosial).
1.         Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri, yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru disini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternative. Sesuatu yang tidk tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengaamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.  Dengan adanya informasi berate mengurangi ketidak tertentunya tersebut, karena dengan informasi itu berate memperjelaskan arah pada satu alternatif tertentu. Misalnya inovasi KB maka orang yang mengamati KB sebagai suatu yang baru, berati KB bagi orang itu masih serba tidak tentu. Bagi orang itu mendapat informasi tentang KB, mka dengan informasi itu berate mengurangi ketidak tentuan. Dengan adanya informasi maka orang itu makin mempunyai kepastian tentang apa sebenernya KB itu.
Inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention), dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang diberikan. Dalam proses difusi inovasi, komunikasi merupakan salah satu eleman yang tidak dapat ditinggalkan.
2.         Komunikasi dengan saluran tertentu
Seperti telah kita ketahui bahwa komunikasi dalam pembicaraan difusi inovasi ini, diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar anggota system sosial (warga masyarakat), sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain. Difusi adalah salah satu tipe komunikasi yaitu komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti dari pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) Suatu inovasi, 2) Individu atau kelompok yang telah mengetahui dan pengalaman dengan inovasi, 3) Individu atau kelompok yang lain belum mengenal inovasi, 4) Saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke orang lain. Kondisi ke dua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti radio, televisi, suratkabar, dan sebagainyatepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari seorang atau sekelompok orang kepada orang banyak (massa).
3.         Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Tetapi banyak peneliti komunikasi yang kurang memperhatikan aspek waktu, dengan bukti tidak menunjukkannya secara nyata berdiri sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari setiap kegiatan.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapaat pada 3 hal sebagai berikut : 1)Proses keputusan inovasi, 2) Kepekaan seseorang terhadap inovasi, 3) Kecepatan penerimaan inovasi.
1.         Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Ada 5 langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu: a) pengetahuan tentang inovasi b) bujukan atau himbauan c) penetapan atau keputusan d) penerapan (implementasi) e) konfirmasi (comfirmation).
Peranan elemen waktu dalam proses keputusan inovasi tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari tahu adanya inovasi (penegatuan), himbauan, keputusan, penerapan, dan konfirmasi. Periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 langkah (tahap0 proses keputusan inovasi tersebut. Namun mungkin juga terjadi perkecualian, suatu proses keputusan inovasi tidak menetapi 5 langkah inovasi tanpa melalui tahap himbauan.
2.         Kepekaan seseorang terhadap inovasi.
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih dahulu secara relatif lebih peka terhadap inovasi dari pada yang menerima inovasi lebih akhir. Jadi kepekaan inovasi ditandai dengan lebih dahulunya seseorang menerima inovasi daripada yang lain, dalam suatu sistem sosial (masyarakat).
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b) pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas akhir, (e) terlambat (tertinggal). Rogers menggambarkan kelima kategori penerima inovasi itu dalam bentuk kurve normal sebagai berikut :
Bagan no. 3 – 1. Kategori penerima inovasi berdasarkan kepekaan inovasi_ (Rogers, 1983, hal. 247).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan observasi dari kenyataan dan didisain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat (anggota, sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka acuan analisa hasil penelitian.
Sebenarnya tidak dapat dikatak berapa banyaknya rincian “continuum” (kesinambungan) kepekaan inovasi antara tiap-tiap kategori dari kelima kategori tersebut. Tentu saja juga terbuka kemungkinan adanya perkecualian dari bentuk ideal: Bentuk ideal sebagai abtraksi dari hasil pengalaman dan sengaja dibuat sebagai petunjuk atau arah formulasi teoritis serta investigasi pengalaman.
3.         Kecepatan penerimaan inovasi.
Dimensi waktu yang ketiga dalam proses difusi inovasi ialah kecepatan penerimaan inovasi. Yang dimaksud dengan kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relatif diterimanya inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila sejumlah warga masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi kumulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk –S. Perhatikan diagram berikut :
Bagan no. 3 – 2. Difusi inovasi yang mencakup elemen: (1) inovasi (2) komunikasi dengan saluran tertentu (3) waktu (4) antar warga masyarakat (anggota sistem sosial). (Rogers, 1983, hal. 11).
            Bagan itu menunjukkan bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun, atau bulan), mereka itu adalah inovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin banyak orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal yang belum menerima inovasi. Akhirnya kurve – S mencapai puncak dan proses difusi selesai, artinya semua warga masyarakat (anggota sistem sosial) telah menerima inovasi.
            Sebagian besar kecepatan penerimaan inovasi berbentuk kurva – S. Tetapi terdapat perbedaan atau variasi pada kemiringan bentuk – S dari satu inovasi dengan inovasi yang lain. Beberapa inovasi dapat didifusikan dengan cepat sehingga tampak kemiringan bentuk kurva – S sangat tajam, sedangkan difusi inovasi yang lain agak lambat sehingga tampak kemiringan bentuk – S agak landai dan sebagainya.
            Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh keseluruhan warga masyarakat (sistem sosial), bukan penerimaan inovasi secara individual. Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi sistem sosial (masyarakat)tertentu. Nah sekarang marilah kita lihat bagaimana pengaruh sistem sosial terhadap penerimaan inovasi.
4.         Sistem Sosial
Sistem sosial ialah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan berkerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota system sosial dapat individu, kelompok, kelompok informal, organisasi, dan sub system yg lain. Contoh system sosial: petani diperdesaan, dosen dan pegawai di perguruan tinggi kelompok dokter dirumah sakit, dan sebagainya. Semua anggota system sosial bekerja sama untuk memacahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Dengan demikian maka system sosial merupakan ikatan bagi anggotanya dalam melakukan kegiatan artinya antar anggota tentu saling pengertian dan hubungan timbal balik. Jadi system sosial akan mempengaruhi proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi dalam system sosial.
Struktur sosial dan difusi
Struktur dalam hal ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu system. Dengan adanya struktur ini maka dapat menimbulkan ketertiban dan kestabilan tingkah laku individu dalam system sosial, dan juga memberikan kemungkinan tiap individu untuk merencanakan atau meramalkan tingkah laku yang telah ada.
Struktur sosial bukan hanya berlaku dalam organisasi formal tetapi juga dalam struktur informasi, yaitu hubungan antar sesame warga masyarakat atau antar anggota system sosial secara informal, dengan cirri utama adanya kejelasan siapa berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana.
Struktur system sosial dapat memperlancar atau menghambat proses difusi inovasi dalam suatu system, karena struktur sosial sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi. Hal ini sangat menarik perhatian para ahli sosiologi  dan psikologi sosial, karena tidk mungkin akan mempelajari difusi tanpa mengetahui struktur sosial yang ditempati para penerima inovasi, seperti halnya tidak mungkin dapat mempelajari system peredaran darah tanpa mengetahui struktur pembuluh nadi.
Norma system sosial dan difusi
Norma yang berlaku pada suatu system sosial berpengeruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi. Norma yang berlaku pada suatu system sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota system sosial yang ditaati. Norma menjelaskan petunjuk tentang standard perbuatan para anggota system sosial. Oleh karena itu ssuatu inovasi yang tidak sesuai dengan norma yang ada pada suatu system sosial akan terhambat pelaksanaan proses difusinya.
Pemuka pendapat dan agen pembaharu
Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi orang-orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya secara informasi, kearah sesuatu perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat merupakan pimpinan informal, yang tidak tentu memiliki status formal sebagai pemimpin dalam masyarakat. Pemuka pendapat mendapat kepercayaan dari warga masyarakat karena memiliki kemampuan teknik untuk memimpin, tingkah lakunya diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika system sosial akan mengadakan perubahaan, maka pemuka pendapat sangat inovatif, tetapi jika norma tidak mau menerima perubahan, maka tingkah laku pemuka pendapat juga menggambarkan norma tersebut. Dengan dasar pemikirian bahwa pemuka pendapat sangat erat kesesuaiannya dengan warga masayarakat, maka pemuka pendapat menjadi model tingkah laku inovatif dari pengikutnya. Dengan kata lain pemuka pendapat merupakan contoh dari perwujududan dari struktur system sosial.
Pemuka pendapat berpengaruh karena kepribadiannya serta kesesuaiannya dengan warga masyarakat (para anggota system sosial) secara informal, artinya bukan karena status atau kedudukan jabatan tertentu dalam masayarakat. Berbeda dengan pemuka pendapat, ada pula orang yang berpengaruh di dalam system sosial karena profesinya dan dattang dari luar system sosial yaitu agen pembaharu (change agent).
Agen pembaharu adalah seorang professional yangb bertugas untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi, ssesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga atau organisai tempat agen pembbaharu itu bekerja. Agen pembaharu selalu berusaha agar terjadi proses difusi inovasi, tetapi justru biasanya proses difusi kurang lancar karena ia orang yang dating dari luar sistem sosial (heterophily). Untuk melancarkan proses difusi biasanya agen pembaharu menggunakan pemuka pendapat untuk kampanye penyebaran inovasi.
Tipe Keputusan Inovasi
          Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi.
1.        Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma sistem sosial yang lain. Jadi hakekat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
2.        Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama beradasarkan kesepakatan antar anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dibuatnya. Misalnya, atas kesepakatan warga masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu wilayah RW.
3.        Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Misalnya seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak tanggal 1 Januari 1989 semua pegawainya harus memakai seragam biru putih. Maka semua pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus tinggal melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.
Ketiga tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan (continuum) dari keputusan opsional (individu dengan penuh tanggung jawab secara mandiri mengambil keputusan), dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas (individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk ikut mengambil keputusan).
Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam organisasi formal, seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintah dan sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan dalam penyebaran inovasi kepada petani, konsumen, atau inovasi yang sasarannya anggota masyarakat sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi tertentu.

Biasanya yang paling cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan keputusan otoritas, tetapi masih juga tergantung pada bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan otoritas. Dapat juga terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antar anggota sistem sosial mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai faktor.
Dari contoh-contoh yang telah ada adapun konsekuensi inovasi ada yang bermanfaat, langsung dan yang diharapkan serta sebaliknya.
Konsekuensi kemanfaatant. Bagi keseluruhan warga Lapp sebagai sosial sistem rupanya inovasi teknologi Ski Doo tidak bermanfaat, karena ternyata mengakibatkan banyak pengangguran, dan menyebabkan sebagian besar masyarakat menurun kesejahteraannya. Namun demikian untuk beberapa gelintir warga masayarakat justru sangat bermanfaat karena menyebabkan makin kaya.
Konsekuensi langsung, yang tampak dengan adanya Ski Doo ialah timbulnya perasaan bahwa Ski-Doo sebagai kebutuhan dan kebanggaan. Konsekuensi tidak langsung dapat kita lihat adanya usaha penjualan rusa yang muda, menurunyya angka kelahiran anak rusa.
Konsekuensi yang diharapkan, terjadinya kelancaran transportasi yang menunjang kelancaran berbelanja ke pasar, dan juga kelancaran menggembala rusa. Konsekuensi yang tidak diharapkan ialah timbulnya pengangguran, serta kehidupan masyarakat tergantung pada uang dan hutang.


Kapak besi pengganti kappa batu di Australia
Suku Yir Yoront ialah suku bangsa asli di Australia yang masih hidup dengan berkelompok yang jumlah anggota kelompoknya tidak begitu banyak, mereka berpindah-pindah tempat (nomaden) menjelajahi wilayah yang luas untuk mencari binatang buruan atau makanan yang lain. Alat utamanya ialah kapak batu yang digunakannya untuk membuat makanan, mendirikan tempat untuk berteduh, dan untuk memanaskan tempat tinggalnya. Kejadian ini sukar dibayangkan bahwa hanya dengan penggantian kapak batu dengan kapak baja, sudah dapat merupakan revolusi yang menyeluruh menyangkut berbagai aspek bidang kehidupan.
Metode yang digunakan Sharp untuk mempelajari dan menyelidiki masyarakat Yir Yoront ialah dengan cara observasi partisipatif, artinya ahli ilmu pengetahuan mempelajari kebudayaan dengan cara berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada tahun 1930 seorang ahli antropologi dari Amerika telah dapat tinggal bersama-sama dengan masyarakat Yir Yoront selama 13 bulan, dengan tanpa melihat adanya orang lain yang dating ke tempat itu. Dengan terisolasinya masyarakat itu, maka mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh kebudayaan Barat, sampai datangnya misionaris dalam tahun-tahun akhir ini. Misionaris mebagi-bagikan kapak baja kepada warga masyarakat Yir Yoront sebagai hadiah atau sebagai upah kerja.
Sebelum adanya kapak baja, kapak batu merupakan simbol kejantanan merupakan penghargaan bagi orang dewasa. Hanya laki-laki dewasa yang memiliki kapak batu, sedangkan wanita dan anak-anak pada prinsipnya hanya sebagai pemakai saja. Jika wanita dan anak-anak akan emmakai kapak batu, harus meminjam dari ayah, suami atau pamannya sesuai dengan cara-cara yang berlaku di masyarakat itu. Masyarakat Yir Yoront memperoleh kapak batu dengan cara kepala sukunya menukar dengan lembing dari suku yang lain dengan cara barter dan pelaksanaannya merupakan bagian dari upacara ritual pada waktu pesta musim tertentu.
Ketika misionaris membagi-bagikan kapak baja kepada masyarakat Yir Yoront mereka mengharap akan menghasilkan peningkatan kehidupan cepat. Kapak baja ternyata memang sangat efisien untuk melaksanakan tugasnya dalam kehidupan sehari-hari dan adalam waktu yang relatif singkat kapak-kapak batu sudah tidak pernah tampak lagi digunakan oleh warga masyarakat Yir Yoront.
Tetapi kapak baja hanya memberikan perubahan kemajuan yang sangat kecil dan yang mengecewakan bagi para misionaris ialah warga masyarakat menggunakan sisa waktu luangnya hanya untuk tidur, yaitu suatu kegiatan yang sudah dikuasai sebelumnya. Misionaris mebagi-bagikan kapak baja kepada laki-laki, wanita dan juga anak-anak yang menyenanginya. Dalam kenyataan justru anak-anak lebih banyak yang senang untuk menerima kapak baja daripada orang dewasa, karena pada umumnya orang dewasa masih kurang percaya pada misionaris. Maka akibatnya terputuslah hubungan status antar warga masyarakat Yir Yoront dan revolusi kapak baja telah mengacaukan peranan sex dan usia. Orang dewasa yang semua memperoleh penghargaan tinggi memiliki kapak batu, sekarang justru tergantung pada wanita dan anak-anak dan sering terpaksa meminjam kapak baja dari warga masyarakat yang sebenarnya semula mempunyai status yang lebih rendah ini.

Upacara ritual pertukaran barang sudah tidak teratur lagi. Ikatan persahabatan antar suku yangs erring saling bertukar barang telah terputus, dan perhatian pada upacara dan pesta tahunan yang biasanya bertepatan dengan upacara pertukaran barang telah sangat menurun. Sistem keagamaan dan organisasi sosial masyarakat Yir Yoront menjadi kacau karena tidak dpat mengendalikan pengaruh inovasi. Bahkan orang-orang mulai mempraktekkan prostitusi untuk merelakan anak perempuan dan istrinya sebagai imbalan peminjaman kapak baja dari orang lain.
Dari contoh diatas terdapat berbagai macam konsekuensi inovasi yang terjadi dengan digantinya kapak batu dengan kapak baja di masyarakat Yir Yoront di Australia. Jelas bahwa dalam pelaksanaan difusi inovasi tersebut terjadi konsekuensi yang tidak bermanfaat, tidak langsung dan juga tidak diharapkan. Kesalahan apa yang dibuat agen pembaharu atau penyebar inovasi sehingga demikian konsekuensinya.
Rogers mengemukakan, bahwa kesalahn yang biasa dilakukan oleh agen pembaharu ialah mereka hanya dapat mengantisipasi bentuk dan fungsi dari suatu inovasi, tetapi tidak dapat mengantisipasi arti inovasi bagi sasaran penerima inovasi.
(a)      Bentuk ialah wujud perubahan yang nampak (dapat diamati) sebagai perwujudan dari substansi inovasi. Misalnya Missionaris dan juga masyarakat Yir Yoront tahu betul bentuk benda yang baru dikenalkan yaitu kapak dari baja, mungkin karena kebetulan bentuknya hampir sama dengan kapak dari batu yang telah dikenalnya.
(b)     Fungsi ialah sumbangan atau manfaat dari inovasi bagi kehidupan. Misalnya Suku Sir Yoront akan segera tahu bahwa kapak baja gunanya sebagai alat pemotong, untuk digunakan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dalam kehidupannya sebagaimana gunanya kapak batu.
(c)      Arti atau makna suatu inovasi bersifat subyektif dan biasanya juag merupakan persepsi yang tidak disadari oleh penerima inovasi. Karena arti inovasi bersifat subyektif maka proses difusinya juga tidak semudah atau secepat bentuk dan fungsi inovasi. Suatu penerimaan kebudayaan akan menimbulkan makna baru dan mungkin hanya memiliki sedikit kaitan dengan elemen yang sama dari kebudayaan aslinya.













BAB III
KESIMPULAN
1.      Difusi ialah proses komunikasi inovasi antar anggota sistem sosial, dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu.
2.      Ada empat elemen pokok difusi inovasi, yaitu : inovasi, komunikasi dengan saluran tertentu, waaktu, dan sistem sosial
3.      Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati, sebagai suatu yang baru, bagi seorang atau sekelompok orang.
4.      Pernyataan machiavelli menunjukkan betapa berat tugas inovator dan betapa suksesnya menyebarkan inovasi. Banyak orang yang telah menerima dan memahami sesuatu yang baru tetapi belum mau menerima apalagi melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang telah menyadari sesuatu yang baru itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan atau menerapkannya.








DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, M.Sc, (1988),  Inovasi Pendidikan, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar