BAB
I
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk
mambawa dampak yang sangat luas terhadap segala kebutuhan hidupnya. Untuk
memenuhi kebutuhan, manusia mengumpulkan berbagai
cara dan alat yang kita kenal dengan “teknologi”, yang dewasa ini telah
berkembang dengan pesat. Perkembangan ini menandakan adanya peningkatan SDM.
Perkembangan peningkatan
kemajuan teknologi untuk melayani kebutuhan hidup merupakan salah satu ciri
peningkatan SDM. Pengetahuan ilmu teknologi merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga sering kita sebut IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi).
Kemajuan IPTEK telah membawa
peningkatan pemanfaatan SDA dan lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup.Misalnya kemajuan IPTEK elektronik-elektronik yang menghasilkan
“Multimedia” yang meliputi radio, telepon, TV, faximile, dan internet. Kemajuan dalam bidang ini telah memperlancar dan
mempercepat arus berita serta informasi secara global, sehingga batasan antar
Negara seolah-olah tidak terlihat.
Pada hari-hari mendatang,
kontak antar manusia baik secara fisik melalui alat transportasi (darat, laut,
udara) maupun secara tidak langsung melalui multimedia akan semakin intensif.
Suasana tersebut akan membawa dampak pergeseran nilai, norma, pemikiran, dan
pandangan hidup kita terhadap masa yang akan datang. Fenomena dan isu-isu
global secara negative harus sungguh-sungguh kita waspadai. Sedangkan kenyataan-kenyataan global yang positif
wajib kita serap demi peningkatan kualitas hidup bersama.
BAB
II
PEMBAHASAN
Hubungan Penduduk dan Lingkungan Hidup
Masalah penduduk merupakan masalah yang sudah
mendunia. Persoalan ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan jumlah penduduk
dengan ketersediaan bahan pangan, lapangan kerja serta pEmukiman yang merupakan masalah kesejahteraan, bukan
hanya masalah yang menimpa Indonesia melainkan masalah yang dialami juga oleh
Negara-negara di dunia.
Perpindahan penduduk, baik dalam emigrasi, imigrasi
maupun pengungsian terjadi dimana-mana di dunia ini. Faktorrya bermacam-macam, mulai dari faktor ekonomi, bencana
alam, wabah, politik sampai keamanan. Bagi pelakunya mungkin merupakan jalan
keluar dari masalah yang dialaminya, namun bagi kawasan yang didatangi
mungkin akan menjadikan suatu masalah, karena mnyangkut tempat penampungan,
lapangan kerja, bahan kebutuhan, dan lain-lainnya. Masalah migrasi ini
merupakan suatu masalah kepentingan global.
Migrasi memiliki dua sisi jika dihubungkan dengan
populasi dunia. Pertama, migrasi dapat menjadi penyebab pertumbuhan
populasi yang tinggi dan overpopulation. Pertumbuhan populasi suatu
negara atau kawasan tidak selalu karena penyebab alami yaitu karena kelahiran,
tapi bisa juga disebabkan karena perpindahan penduduk dari negara atau kawasan
lain. Misalnya pertumbuhan penduduk Yahudi di wilayah Palestina terjadi karena
eksodus orang-orang Yahudi dari seluruh dunia yang akhirnya berakibat pada
pendirian negara Israel.Kedua, migrasi dapat menjadi dampak dari adanya overpopulation.Jika
suatu negara atau kawasan mengalami overpopulation, maka wajar jika
masyarakat ingin pindah ke negara atau kawasan dengan penduduk yang lebih
sedikit. Hal ini tentu saja didorong oleh berbagai macam faktor antara lain
perbaikan ekonomi, perbaikan tingkat kehidupan, terpaksa (bagi pencari suaka)
dan sebagainya (Payne, 2009).
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah penduduk
yaitu dengan melakukan program Keluarga Berencana (KB) dengan mengatur jumlah
anggota keluarga demi kesejahteraan masing-masing keluarga.Program ini selain
merupakan upaya pemecahan masalah, pada pelaksanaannya juga masih menjadi
permasalahan global.
Isu Tentang Kependudukan:
Seiring dengan perkembangan
zaman, yang ditandai oleh berbagai kemajuan dalam berbagai aspek melalui
pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dewasa ini, ternyata
disadari maupun tanpa kita sadari disamping memberikan dampak yang positif terhadap
kemashlahatan umat, ternyata mempunyai juga dampak negatif, diantaranya
penggunaan teknologi yang membuat manusia menjadi simple melaksanakan sesuatu
dengan bantuan teknologi, tetapi melalui teknologi ini pula mempercepat
terjadinya kerusakan lingkungan. Hal inilah yang belakangan menjadi topik utama
yang dibicarakan oleh para ahli baik dalam bidang kependudukan maupun dalam
bidang lingkungan hidup. Untuk lebih fokusnya pembahasan ini maka akan dibahas
dua pembahasan utama yaitu isu-isu kependudukan dan isu-isu lingkungan hidup.
Isu-isu Kependudukan
Sebuah pandangan
imajinatif kiranya bisa mengawali pembicaraan kita tentang isu
kependudukan di tingkat global ini, Adanya kaitan erat antara pertumbuhan penduduk
yang cepat dengan sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan menjadi persoalan
kependudukan penting untuk dibicarakan sebagai sebuah isu global.Beberapa
permasalahan kependudukan, yang bertalian dengan pertumbuhan penduduk yang
cepat dan tanpa henti, adalah pencemaran lingkungan, perubahan iklim,
pengrusakan hutan, urbanisasi, penurunan pendapatan, inflasi, pengangguran,
perumahan, tingkat melek huruf, kelaparan, kekurangan air bersih, keterbatasan
pelayanan kesehatan, energi dan sumber daya alam, dan konflik
politik.Pertambahan jumlah penduduk tidak bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah
masalah, kecuali jika dihubungkan dengan variable-variabel lain.
Dewasa ini pertumbuhan
penduduk yang fantastis dipandang sebagai sebuah masalah, bukan karena
percepatan pertambahan penduduk yang disadari semakin tinggi, tetapi lebih
karena orang baru sadar, bahwa batas-batas pertumbuhan telah semakin mendekat
atau bahkan telah terlewati oleh pertumbuhan penduduk dunia.
Disamping isu pertumbuhan
penduduk yang cepat, terdapat pula beberapa isu kependudukan, yang mungkin
disatu disisi bisa menjadi jalan keluar bagi daerah tertentu, tetapi menjadi
masalah baru bagi daerah lain, diantaranya mengenai: masalah migrasi penduduk,
migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempa ketempat lain. Migrasi
senantiasa terjadi sepanjang masa sejak dahulu sampai sekarang. Beberapa hal
yang memotivasi seseorang hendak melakukan migrasi diantaranya, karena
kesulitan hidup didaerah asal misalnya penghasilan yang sangat kecil, keamanan
yang tidak terjamin keselamatannya, Pengaruh- pengaruh dari luar yang menjadi
tujuan yang dipandang lebih baik, transportasi yang baik mempermudah terjadinya
imigrasi yang baik.
Salah satu masalah yang
terjadi di negara ketiga khususnya Indonesia yaitu masalah kualitas sumber daya
manusia. Manusia merupakan sumber daya yang utama dalam pembangunan, baik
kemampuan, maupun kemauan manusia itu. Dari segi teknologi kemampuan kita
masihlah rendah. Kita perlu menguasai teknologi moderen misalnya untuk membuat ata
menciptakan sendiri mobil, TV dan jenis-jenis teknologi lainnya. Namun yang
kita lakukan baru merakitnya, tetapi yang lebih mengkhawatirkan bukanlah
teknologi yang rendah itu, melainkan kurangnya kemauan kita untuk menguasai
teknologi. Kemauan kita lebih tertuju untuk menikmati hasil teknologi sekalipun
dengan mengimpornya.
Ada perbedaan dalam kemampuan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan teknologi pada khususnya antara negara kita
dan negara maju adalah Arus informasi yang dikuasai negara maju dan Kemampuan
negara maju menguasai informasi melaju pesat dengan menggunakan teknologi yang
sangat modern. Pengalaman menunjukkan ketinggalan kita dari negara maju makin
besar. Untuk mengejar ketinggalan itu kita harus merebut teknologi itu bahkan
dalam bidang tertentu teknologi kita curi. Contohnya para ilmuan kita
disekolahkan kenegara- negara maju sehingga pada akhirnya mereka selesai
ditarik kembali ke negara kita dengan memperhatikan masa depan mereka dengan
baik
Kemiskinan penduduk juga
merupakan masalah sosial yang tak kunjung selesai dinegara Indonesia tercinta
ini, kemiskinan terjadi disebabkan oleh produktivitas tenaga kerja yang rendah
atau lapangan pekerjaan yang kurang, kesehatan yang buruk serta pendidikan
rendah.
Lapangan kerja yang dikembangkan sekarang ini masih sangat terbatas
sedangkan keperluan perluasan sudah amat mendesak. Tenaga kerja yang ada
sebagian besar belum dapat di mobilisasikan bahkan sebagian dari tenaga kerja
tersebut belum memiliki suatu keterampilan yang tertentu.
Kurangnya pembangunan bidang
kesehatan, melainkan karena perpacuan jumlah penduduk dengan jumlah
pembangunan di bidang kesehatan tersebut belum seimbang. Jumlah penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan masih jauh lebih besar persentasenya daripada
jumlah sarana dibidang kesehatan tesebut. Daerah-daerah kota yang tergolong
daerah kumuh, pada umunya kesehatan penduduknyan masih sangat rendah sehingga
penyakit-penyakit tertentu seperti diare, penyakit kulit, makanan-makanan
penduduk yang kurang bergizi, air minum yang kurang bersih, lingkungan fisik
yang amat kotor telah mempercepat tingkat kesehatan masyarakat yang menurun.
Pendidikan dinegara-negara
berkembang pada umumnya belum memadai untuk mejadi daya pendorong secara kreatif
dengan mengadakan terobosan-terobosan dalam pembangunan bahkan untuk mencapai
suatu kemajuan. Betapa pun kecilnya, pendidikan tetap penting. Tindakan
cepat untuk memecahkan persoalan ini tampaknya mendesak untuk dilaksanakan,
mengingat luas dan seriusnya persoalan kependudukan di tingkat global ini.
Pendapat umum mengatakan bahwa pemecahan atas berbagai permasalahan sosial dan
lingkungan yang dihadapi sebagian besar umat manusia itu terletak pada
isu “pertumbuhan penduduk yang cepat” tadi. Meskipun demikian,
pendapat umum itu memerlukan klarifikasi lebih jauh terutama karena adanya
keragaman definisi dan penjelasan mengenai permasalahan kependudukan ini.
Keragaman ini antara lain disebabkan oleh perbedaan pendekatan politik yang
sering terabaikan dalam proses pencapaian konsensus mengenai apa dan bagaimana
memecahkan permasalahan ini.
Untuk memahami keadaan
kependudukan dewasa ini yang antara lain ditandai dengan pertumbuhan cepat itu,
kita perlu memahami pula sejarah trend kependudukan dunia.
Pada kenyataannya pertumbuhan penduduk secara cepat tadi adalah fenomena baru.
Selama 8000 tahun sejarah demografi memperlihatkan pertumbuhan penduduk dunia
yang relatif stabil dan lambat. Barulah kemudian mulai dua atau tiga abad yang
lalu isu penditng demografi dan sosial berbeser kearah “bagaimana
mempertahankan kelestarian hidup (survival)”. Sebenarnya, masa inipun
terdapat tingkat kelahiran (fertilitas) yang tinggi dihampir semua kelompok,
hanya saja saat itu fenomena itu diiringi dengan tingkat kematian (mortalitas)
yang juga tinggi sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Bahkan,
dibeberapa tempat dulu angka kematian bisa lebih tinggi dari pada angka
kelahiran.
Penyebab peningkatan populasi
yang cepat bukan terletak pada antusiasme tiba-tiba untuk mendapatkan lebih
banyak anak, melainkan pada perbaikan kondisi hidup yang sebelumnya disebabkan
tingginya tingkat kematian. Sejalan dengan itu sejarah demografi dapat dibagi
dalam 2 periode, yaitu: pertama periode panjang dengan tingkat
populasi lambat, antara 8000 SM s/d 1650 dan kedua periode
yang ditandai dengan pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan dramatis sejak
tahun 1650- hingga sekarang. Perbandingan rata-ratanya adalah bahwa pada
periode pertama penduduk bertambah 50.000 jiwa/ tahun, namun periode kedua,
jumlah ini bertambah setiap 6 jam.
Pertanyaan yang timbul
kemudian adalah: kenapa populasi penduduk dunia bertambah dengan cepat dalam
waktu yang sedemikian singkat ? Salah satu model yang mencoba menjelaskan
kecenderungan ini adalah model transisi demografi. Model ini akan
membantu kita memahami mekanisme pertumbuhan penduduk dimasa lalu dan saat ini
serta kemungkinan – kemungkinan di masa mendatang.
Menurut gambar model transisi
demografis di atas terdapat 3 periode utama yang ditunjukkan. Periode A(high
growth potential) ditandai dengan fertilitas dan mortalitas yang
sama-sama tinggi, sehingga ada keseimbangan relatif. Periode B (transitional
growth) merupakan periode peralihan yang problematik, ada
ketidakseimbangan antara fertilitas dan mortalitas, dimana mortalitas turun
tetapi fertilitas cenderung tetap tinggi. Dan periode C (incipient
decline) ditandai keseimbangan relatif, yaitu sebagai akibat angka
fertilitas dan mortalitas yang sama-sama rendah.
Pertumbuhan penduduk dunia
secara cepat muncul pertama kali sebagai isu kependudukan karena adanya
aktor-aktor tertentu yang melihatnya sebagai ancaman. Salah satunya berdasarkan
teori Malthus bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan
pertumbuhan sumber daya alam menurut deret hitung. Sesuatu hal yang ironis
apabila jumlah penduduk yang semakin banyak tidak diimbangi oleh peningkatan
sumber daya alam yang nantinya menjadi masalah didalam pemenuhan kebutuhan
manusia.
Lebih lanjut Karl Sax (1992:
167), menyatakan : “Selama dasawarsa yang lalu, penduduk dunia bertambah dengan
tingkat yang mencengangkan. Peningkaatan angka pertambahan penduduk ini
sedemikian kritis sehingga banyak orang mengakui bahwa peledakan penduduk dewasa
ini merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.”
Kemudian The Club of Rome
(1992: 167), juga menyimpulkan bahwa: Jika kecenderungan dalam pertumbuhan
penduduk dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan, dan eksploitasi
sumber daya alam yang ada saat ini tetap tidak berubah, dunia akan semakin
mendekati titik kritisnya dan selama kira-kira seratus tahun lagi akan mencapai
tingkat di mana ia tidak mampu lagi menampung pertumbuhan penduduknya. Yang
paling mungkin kita hadapi kemudian adalah menurunnya populasi dan
kapasitas industri.
Pemecahan masalah isu
kependudukan ini sudah sudah banyak cara yang ditawarkan diantaranya
pengendalian fertilitas dengan penggunaan alat kontrasepsi KB, penundaan
perkawinan, bahkan menurut teori malthus memberikan 2 jenis solusi yaitu
preventive checks (pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran) dan positive
checks (pengurangan penduduk melalui proses kematian).
Kegiatan antianatalis
seakan-akan menjadi program unggulan untuk mengatasi permasalahan ledakan
penduduk tersebut, terkhusus negara china menerapkan model yang berbeda dalam
penyelesai ini, yaitu mencanangkan sasaran “pertumbuhan penduduk” dalam
kebijakan kependu69dukannya melalui beragam cara : mulai dari pemberian imbalan
bagi keluarga dengan satu anak, dan sanksi bagi mereka yang tidak
sungguh-sungguh menjalankan kebijakan ini, wajib militer bagi para pemuda,
penundaan usia kawin, sampai pada komitmen pemimpinnya yang memberi pembenaran
pada program ini sebagai bagian dari ajaran sosialisme. (1992 : 168)
Berbeda dengan aliran moderat
yang berpendapat bahwa solusi atas persoalan pertumbuhan penduduk yang cepat
adalah pembangunan nasional : Tingkat kelahiran akan turun
dengan sendirinya, bukan melalui intervensi“buatan” semacam
kebijakan dan program kependudukan etapi lewat proses “alamiah” yang
dihasilkan dari pembangunan ekonomi dan sosial yang sungguh-sungguh. (1992 :
169).
Isu-isu Lingkungan Hidup
Terdapat tidak kurang 25 juta
pengungsi akibat krisis lingkungan hidup di seluruh dunia. Dalam konferensi
perubahan iklim dunia pada tahun 2002 di Maroko disebutkan bahwa keadaan
genting dari planet Bumi sekarang ini disebabkan oleh konsumsi berlebihan,
bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20% penduduk
kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia.
Semakin banyaknya jumlah nyawa
manusia yang hilang akibat bencana ekologis yang terjadi di negeri ini. Sejak
1998 hingga 2003, tak kurang dari 600 kejadian bencana akibat kerusakan
lingkungan hidup terjadi di Indonesia yang menewaskan lebih dari 2.500 orang
dan kerugian material mencapai 300 miliar rupiah. Dalam dua tahun terakhir
saja, terjadi tidak kurang tiga kali kejadian bencana banjir setiap tahunnya di
berbagai wilayah di Indonesia. Banjir di Sinjai, Barito Utara hingga Kutai
Barat dan Kutai Timur semakin menjadikan rakyat harus menikmati bencana.
Ironisnya, berbagai kejadian bencana di negeri yang terlimpahi kekayaan alam
ini, sepertinya masih belum menjadikan permasalahan kerusakan lingkungan hidup
(ekologi) menjadi agenda yang penting dalam proses pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah.
Di sisi lain, teknologi dan
ilmu pengetahuan dipandang masih mampu untuk mencegah terjadinya kematian
akibat bencana ekologi yang terjadi. Teknologi dan pengetahuan lokal mengalami
penghilangan secara sistematis dengan tidak diakuinya hukum adat, serta
pengetahuan dan kebudayaan lokal dalam setiap ruang kehidupan bernegara. Edward
Goldsmith mengungkapkan pengrusakan lingkungan alam di negara-negara dunia
ketiga berjalan beriringan dengan pengrusakan cara hidup pedesaan tradisional
yang umumnya mencukupi diri sendiri.
Beberapa isu lingkungan hidup
yang menjadi fokus saat ini diantaranya : Perubahan iklim global,
perubahan suhu global, penurunan signifikan suhu global akan mengakibatkan
masyarakat dunia khususnya yang berada dibelahan bumi utara, menghadapi zaman
es baru. Akibatnya terjadi perubahan dalam sistem pertanian, perumahan, bahkan
pekerjaan di negara-negara kawasan utara. Sedangkan kenaikan suhu global yang
drastis, sebaliknya, mengakibatkan mencairnya es di kutub-kutub bumi sehingga
menaikkan permukaan airl aut. Ini secara langsung mengancam keberadaa kota-kota
dan daerah-daerah pesisir.
Meningkatnya kadar dan konsentrasi
karbondioksida di atmosfir akibat kenaikan suhu bumi. Peningkatan unsur
karbondioksida ini akan menciptakan terjadinya efek rumah kaca, yang
menyebabkan radiasi sinar matahari yang masuk dalam atmosfer terperangkap dan
menimbulkan efek panas di sekitar permukaan bumi. Seakin banyak kandungan
karbondioksida di atmosfir, semakin tinggi suhu bumi.
Terjadinya hujan asam yang
diakibatkan adanya pencemaran air yang langsung berhubungan dengan iklim. Hujan
ini antara lain berasal dari sumber-sumber air seperti dana dan sungai yang
tercemar oleh sulfur-diaoksida (SO2). Kandungan sulfurdioksida
berlebihan akan menaikan keasaman air hujan, dan seringkali korban yang terkena
dampak hujan asam berada sangat jauh dari sumber pencemaran.
Ridha Saleh, Deputi Direktur
WALHI, dalam bukunya Ecocide: Politik Kejahatan lingkungan dan Pelanggaran Hak
Asasi Manusia, menyatakan bahwa gejala
eksploitasi yang massif terhadap sumberdaya alam secara terbuka, menurut
kenyataannya telah mengarah pada tindakan pengrusakan dan pemusnahan atas
ekosistem sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup akibat dari ecocide.
Depresi ekologi saat ini lebih disebabkan oleh pengarahan pembangunan yang
tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan masa depan generasi.
Setiap tahunnya tak kurang
dari 4,1 juta hektar hutan di Indonesia berganti menjadi areal pertambangan,
perkebunan besar dan kawasan industri lainnya. Hutan yang selama ini menjadi
tempat berburu, sumber obat-obatan dan sumber kehidupan bagi komunitas lokal
semakin banyak yang dikuasai oleh kepentingan sekelompok orang. Sungai-sungai
yang selama ini menjadi pemasok air bagi pertanian dan kebutuhan hidup harian
rakyat sudah semakin banyak yang tercemar, bahkan beberapa telah mengering.
Udara negeri ini semakin tak sehat untuk dihirup.
Disamping itu perkembangan era
industrialisasi yang harus memenuhi permintaan keperluan akan barang dan jasa,
akhirnya menciptakan mental manusia yang pembuka dan pendobrak lahan baru (frontier). Manusia
dengan mental “frontier” ini menurut Chiras adalah manusia
yang pandangan hidupnya berpusat pada manusia(anthroposentris) dan
memiliki tiga persepsi sebagai ciri khasnya, ialah:
1. Memandang alam dan bumi
sebagai pemberi sumber bahan kehidupan manusia yang tidak
terbatas, dengan keyakinan bahwa selalu ada sesuatu lagi.
2. Memandang manusia sebagai
makhluk hidup di luar alam, bukan bagian dari alam.
3. Memandang alam sebagai sesuatu
yang perlu di kuasai. (Maftuchah Yusuf : 2000, hal. 110).
Mentalitas frontier ini selama beribu-ribu tahun
mendasari pandangan hidup dan tingkah laku manusia, yang berpegang pada “selalu
akan ada yang lebih baik”, dan keinginan untuk mendapatkan hasil sebanyak
mungkin dalam jangka waktu yang sependek mungkin tanpa memperhitungkan dampak
dari pengelolaan tersebut khususnya pencemaran lingkungan.
Keserakahan pada materi ini
pula yang turut mempengaruhi keinginan manusia untuk hidup mewah dan mengejar
materi. Akibatnya adalah pertumbuhan industri, pembuat barang konsumtif dengan
segala akibatnya: kerusakan alam dan pencemaran lingkungan yang semakin
menjadi-jadi.
Manusia perlu diyakinkan untuk segera mengubah mentalitas frontier menjadi
mentalitas pembangunan yang berkelanjutan. Pandangan hidup, sikap
dan tingkah laku manusia diseluruh dunia perlu diubah atas dasar keyakinan
bahwa:
1. Persediaan sumber daya alam
yang dimiliki planet bumi terbatas
2. Manusia merupakan bagian dari alam
3. Manusia tidak superior dari alam.
Mengubah pandangan hidup,
sikap dan tingkah laku manusia dari yang sudah diterapkan dalam kehidupannya
selama beribu-ribu tahun kepandangan hidup hidup, sikap serta tingkah laku yang
baru, jelas akan mengurangi kenyamanan hidupnya sangat sukar. Hal ini akan
dipermudah jika perkembangan semua segi kehidupan manusia, politik, ekonomi ,
sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dasarkan pada
etika“pembangunan yang berkelanjutan” . Misalnya dengan :
1. Perkembangan industri yang menggunakan mesin-mesin besar perlu mengadakan
reorientasi dan membatasi dengan perkembangan
industri yang menggunakan mesin yang kecil dan mengurangi pencemaran yang
ditimbulkan.
2. Penggalakan keinginan di seluruh dunia untuk konservasikan sumber daya
alam yang ada, mengatur dan mengurangi pemakaian sumber daya alam, menggunakan
kembali melalui recycling (daur ulang) dan menggantikan
penggunaan bahan yang tidak dapat diperbaharui, seperti energi dari minyak bumi
dengan panas sinar matahari.
3. Penanaman sikap pada setiap orang bahwa dia harus memperhatikan dan
bertindak sesuai dengan kepentingan generasi yang akan datang. Dia harus siap
dan bersedia berkorban, kalau dia (atau sebuah negara maju) hanya memikirkan
kepentingan dan keuntungan diri sendiri, krisis akan tetap bertambah besar dan
akhirnya menghancurkan diri sendiri.
BAB
III
PENUTUP
Pertumbuhan penduduk dari
waktu ke waktu terus meningkat.Kenyataan tersebut pemicu dan pemicu pertumbuahn
kebutuhan penduduk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang menuntut
penerapan dan pemanfaatan IPTEK dalam mengolah SDA untuk memenuhi
kebutuhan. Perlu diwaspadai bahwa penerapan IPTEK dalam mengolah SDA dan
lingkungan selalu memiliki sisi positif dan sisi negative.
Sisi rahmat dari penerapan
IPTEK dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pertanian,
misalnya dengan bioteknologi dan berbagai rekayasa mekanik pengolahan tanah,
rekayasa kimiawi dalam pemupukan dan pembasmi hama, dan lain sebagainya dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia khususnya petani.
Kemajuan
IPTEK di bidang industry telah berdampak positif dalam
meningkatkan prodiksi barang-barang kebutuhan serta memperluas lapangan
pekerjaan. Namun di sisi lain juga berdampak negative dengan adanya pencemaran
lingkungan. Misalnya mengakibatkan terbentuknya gas CO2 dan gas
buangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Payne, Richard J. (2009) Chapter 10: Population and Migration. Global
Issues: Politics,
Economics, and Cultures. Pearson Education, Inc.
Shah, Anup. (2001) Populations: A Numbers Game. Global
Issues, 2 September 2001. [Diakses
Shah, Anup.(2002) Human Population.Global Issues, 13
Juni 2002. [Diakses 22 Mei 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar